Dari Masjid Membangun Peradaban


DARI MASJID MEMBANGUN PERADABAN

“ Dan Masjid yang dibangun dengan ketaqwaan itu lebih patut bagi engkau untuk mendirikan ibadah shalat di dalamnya “ ( QS. At taubah : 108 )


Sewaktu Nabi tiba di Madinah, maka perbuatan yang pertama Nabi lakukan adalah membangun masjid di tanah kosong, tempat dimana unta nabi berhenti sewaktu beliau sampai ke Madina. Tanah tersebut dimiliki dua orang anak yatim Sahal dan Suhail, yang dipelihara oleh Muaz bin Urfa. Pada mulanya Muaz bin Urfa akan menyerahkan tanah itu kepada nabi secara gratis, tetapi nabi menolak, dan membeli tanah tersebut dengan harga 10 dinar emas sehingga masjid itu merupakan tanah wakaf dari Nabi Muhammad saw. Nabi dan sahabat segera membangun masjid di tanah tersebut, dengan luas 50 x 50 meter, dinding terdiri dari batu-bata dan tiang dari batang kurma, dan atap dari pelepah dan daun-daun kurma, dengan dinding setinggi 3,5 meter. Sebagian dari bangunan dubuat beratap dan sebagian lain dibuat terbuka. Disamping masjid, Nabi juga mendirikan rumah tempat tinggal beliau, dan demikian juga dengan rumah istri-istri beliau di sekitar masjid.

Masjid pada waktu itu, berfungsi sebagai tempat ibadah, shalat berjamaah, zikir, tilawah. Masjid juga berfungsi sebagai tempat belajar sebagai kelanjutan dari darul arqam, tempat belajar para sahabat di kota makah. Masjid juga berfungsi sebagai tempat pelayanan sosial dengan menyediakan tempat tinggal sementara bagi musafir yang datang, yang disebut “ ahlusuffah “. Masjid berfungsi juga untuk pusat pertahanan sebab sebagian sahabat melakukan latihan pedang di sekitar masjid. Masjid juga berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan, tempat perawatan orang yang sakit dari medan perang. Masjid juga berfungsi sebagai tempat konsultasi dimana Rasul menerima pengaduan masyarakat, dan kadang kala berfugsi juga sebagai kantor pemerintahan sebab nabi menerima tamu-tamu dari pembesar kanbilah Arab yang datang ke Madinah.

Setelah hijrah, penduduk Madinah terdiri dari penduduk Arab Madinah ( Kabilah Kharaj dan Aus ), Muhajirin Makah, penduduk Yahudi Madinah. Untuk dapat hidup dengan penuh keadilan, maka diperlukan satu peraturan yang disepakati secara bersama penuh dengan keadilan. Oleh sebab itu Nabi membuat satu undang-undang yang harus diikuti oleh seluruh penduduk Madinah, yang disebut dengan nama “ Mitsaq Madinah “, dan merupakan konstitusi tertulis pertama di dunia. Mitsaq Madinah tersebut terdiri dari 47 pasal, yang menjamin hak dan kewajiban serta memberikan keadilan dan perlindungan kepada semua penduduk baik dari Kaum Anshar, Muhajirin dan penduduk yahudi Madinah.


Demkian juga, untuk mempererat ukhuwah antara kaum Muhajirin dan Anshar maka Nabi mempersaudarakan antara seorang Muhajirin dengan seorang Anshar, sehingga setiap muhajrin akan mendapatkan saudara yang akan menjamin dan memeliharanya dari kaum Anshar. Nabi mempersaudarakan Jafar bin Abu Thalib dengan Muadz bin Jabal, Abubakar dengan Kharijah bin Zaid, Umar bin Khtatab dengan Ataba bin Malik, Abu Ubaidah dengan Saad bin Muadz, Usman bin Afan dengan Aus bin Tsabit, Ammar bin Yasir dengan Huzaifah, Abu Dzat Ghifari dengan Mundzir bin Amru, demikian seterusnya. Untuk sementara waktu, setiap muhajirin akan tinggal bersama saudaranya dari kaum Anshar, sebelum mereka akhirnya akan mendapatkan tempat tinggal di Madinah.


Kedatangan Muhajirin ke kota Makah, terlebih lagi tinggal di rumah kaum Anshar memberikan kesan seakan-akan muhajirin menenjadi beban dari kaum Anshar. Oleh karena itu Nabi Muhammad segera menyuruh semua orang Muhajirin untuk bekerja, sehingga tidak menjadi beban daripada masyaraka Anshar. Masyarakat mulai bekerja baik dalam pertanian dan perkebunan sebagaimana masyarakat Madinah dengan perkebunan kurma, atau bekerja di kebun kurma, atau kembali melakukan perniagaan sebagaimana tradisi masyarakat Makah, dan Nabi menganjurkan agar Muhajirin belajar pertanian kurma dari masyarakat Madinah, sebab mereka lebih paham tentang seluk beluk perkebunan kurma dari muhajirin Makkah, sehingga riwayat menyebutkan tidak ada seorangpun yang tidak bekerja untuk penghidupan mereka di Madinah.


Melihat keadaan Muhajirin yang tidak memiliki tempat tinggal, maka Anshar Madina berlomba – lomba memberikan tanah atau rumah mereka kepada Nabi agar dibagi-bagikan kepada sahabat Muhajirin. Harisah bin Nukman adalah sahabat Anshar yang pertama kali memberikan rumah dan tanahnya kepada Nabi kemduian diikuti oleh sahabat-sahabat yang lain. Abubakar Shidik mendapat tanah dan memangun rumah disamping masjid Nabi, demikian juga Usman bin Affan. Nabi juga memberikan tanah kepada Khalid bin Walid, Miqdad, Talhah, Zubair bin Awam. Jika tanah kurang baik, nabi akan memberikan tanah dengan ukuran yang luas dibandingkan dengan tanah yang subur.


Pasar Madinah selama ini dikuasai oleh kaum yahudi Madinah, seperti Pasar Al Yasar di miliki oleh yahudi Bani Qainuqa, Pasar Zabalah, Pasar Safasir dan Pasar Zaqaq. Walaupun umat Islam telah mulai bekerja tetapi perniagaan masih dikuasai kaum yahudi disebabkan pasar Madinah masih dikuasai mereka. Untuk itu Nabi membuat pasar Madinah yang bersifat wakaf, sebuah tempat perniagaan dimana peniaga akan berniaga tanpa menyewa tempat tersebut, sehingga harga barang lebih murah dari harga di pasar yahudi, dengan kualitas barang yang sama. Akhirnya peniaga dan pembeli memenuhi pasar Madinah, dan lama kelamaan pasar yahudi bertambah lama bertambah mundur. Sebagai pasar wakaf maka tidakada individu yang memiliki lokasi perniagaan yang tetap, peniaga datang dan pergi ( model pasar pagi atau pasar malam pada saat ini ). Untuk itu Nabi melakukan pengawasan terhadap keadaan pasar. Menurut Ibnu Zubair, Rasulullah saw pada suatu hari melintas suatu khemah yang terdapat di dalam pasar, maka Nabi bertanya : Ini khemah siapa ? Dijawab : “ ini khemah orang dari Bani Harisah, tempat jual kurma “. Nabi langsung memerintahkan agar khemah itu dibakar, karena tidak ada seorangpun yang boleh membuat tempat yang tetap didalam pasar, sebab pasar wakaf. Suatu hari Nabi melakukan pemeriksaan pasar, dimana Nabi memasukan tangannya ke dalam karung gandum yang dijual, ternyata kondisi gandum yang dibawah agak basah sedang gandum yang diatas dalam kondisi kering, maka Nabi menegur peniaga gandum tersebut karena telah mencampur antara gandum kering dan basah dalam karung yang sama dengan harga yang sama, karena perbuatan itu merupakan suatu penipuan dalam perniagaan. Rasulullah juga menjumpai seorang peniaga yang menjual makanan dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar, maka nabi bertanya kepadanya : Apakah engkau menjual makanan dengan harga yang lebih mahal dari harga biasa ( harga pasar ). Peniaga itu menjawab : “ Benar ya rasululah “. Rasul bertanya : ‘ Apakah engkau menjual mengharapkan keridhaan Allah ? ‘ Benar , jawab peniaga. Rasul saw bersabda : “ Ketahuilah, orang yang datang berniaga ke pasar ini seperti orang yang berjihad di jalan Allah, dan siapa yang menaik-naikan harga atau berniaga dengan “ihtikar “menimbun barang dan dinaikan pada suatu waktu tertentu , maka orang itu teah ingkar kepada Allah “.


Nabi juga mengatur perumahan penduduk kota Madinah. Bani Ahmar bin Ya’mar mendapat tempat antara Masjid dan Pasar. Bani Lais bin Bakar antara Mubasyir bin Ghofari dan bani Kaab bin Amru bin Khuza’ah. Bani Amru bin Nuaim dekat denagn Bani Muhasyir bin Ghifari, demikian seterusnya setiap kabilah, dan suku menempati tempat-tempat yang ditentukan Nabi Muhammad, sehinga seluruh penduduk berada di sekitar Kawasan masjid Nabawi dan Baqi. Disini terlihat bahwa Nabi telah menjadikan Madinah menjadi sebuah kota yang rapi dan teratur, dimana sebelumnya merupakan kampung yang bernama Yatsrib. Kota Madinah merupakan sebuah kota yang ditata rapi. Di atas tanah-tanah yang kosong telah berdiri rumah-rumah. Pasar di Madinah pada awalnya hanya satu pasar akhirnya berkembang menjadi beberapa pasar. Semua rumah bertemu dengan rumah yang lain, dengan jalan-jalan yang teratur rapi sejak dari Quba sampai ke Masjid Nabi. Demikian juga dari Masjid ke Hararah atau ke bir Ali atau ke Jabal Uhud, dimana pada mulanya tanah kosong , telah dipenuhi dengan rumah-rumah penduduk. Dengan kepadatan penduduk maka kota Madinah memerlukan batas kota dan benteng kota. Oleh sebab itu Nabi membangun benteng di Barat yang dikenal dengan Babul Mushala, benteng di timur di kenal dengan Darbu Baqi, dan juga terdapat dua benteng lagi Darbul Saghir, dan Darbul Kabir atau Darbus Syami. Pada mulanya tempat Nabi berhijrah bernama “ Yathrib “, bukan Madinah, tetapi dengan sistem dan aturan yang nabi laksanakan dalam memimpin kota tersebut, maka Yathrib berubah nama menjadi “ Madinah “ yang merupakan singkatan dari “Madinatur Rasul “ bermakna kota yang dipimpin oleh Rasulullah saw.


Dari kisah diatas terlihat bahwa nabi Muhammad saw adalah meletakkan dasar-dasar sebuah kota yang memiliki sistem hukum, sistem ekonomi, sistem sosial, penataan kota , pengawasan pasar, pembentukan teritorial dan sistem kehidupan yang menjadi karakeristik dan dasar bagi suatu peradaban yang berlandaskan pada nilai-nilai agama. Dengan nilai agama ( Dien ) membangun sebuah kita ( Madinah ) untuk membentuk sebuah peradaban ( Madaniyah ). Dimulai dari masjid, Nabi telah berhasil membangun membangun sebuah peradaban Madinah, Peradaban teladan bagi kehidupan. Fa’tabiru Ya Ulil albab.

Meluruskan Perjuangan Kartini

Meluruskan Perjuangan Kartini

Banyak orang melihat bahwa perjuangan Kartini menuntut hak-hak wanita diartikan menuntut kebebasan wanita dari segala bentuk aturan hukum, sehingga menjadi masyarakat modern yang kadang kala terlepas dari nilai-nilai agama. Padahal jika kita teliti dari tulisan beliau terlihat bahwa perjuangan Kartini adalah perjuangan yang suci yaitu perjuangan budaya dengan mengangkat derajat wanita dari penghinaan yang disebabkan oleh sikap penjajah barat dan adat masyarakat, perjuangan akidah untuk mempertahankan diri wanita dengan akidah dan agama, dan perjuangan intelektual dengan mengajak kaum wanita untuk memahami kitab suci al Quran.

Perjuangan kebebasan wanita dan bangsa yang diperjuangkan oleh Kartini sebenarnya bukanlah semangat kekebasan liberal yang diilhami oleh budaya dan pemikiran barat, tetapi semangat kebebasan yang dijiwai oleh semangat Islam. Kartini sebenarnya melawan penindasan wanita yang dilakukan oleh adat masyarakat dan penghinaan martabat wanita yang dilakukan oleh masyarakat Barat. Dalam suratnya kepada Nyonya Van Kol pada 21 juli 1902 Kartini mengajak wanita bumiputera untuk kembali ke jalan Islam, dan juga menyatakan tekadnya untuk berjuang agar mendapatkan rahmat Allah sehingga dirinya mampu meyakinkan umat agama lain untuk memandang agama Islam merupakan agama yang patut dihormati.

Perjuangan budaya
Menurut Kartini, budaya wanita dipingit (tidak boleh keluar rumah ) adalah akibat penjajahan Barat yang tidak menghormati wanita, sehingga orangtua lebih memilih untuk menyelamatkan anak perempuannya dari permainan kaum penjajah dengan melarang mereka keluar rumah. Tetapi sayangnya sebagian masyarakat menjadikan larangan tersebut berakibat negatif dimana menganggap wanita tidak boleh mengembangkan potensi dirinya. Menurut buku “ Menemukan Sejarah “ yang ditulis oleh Masyur Suya negara menyatakan bahwa “ Perang melawan penjajah yang berkepanjangan melahirkan budaya pingitan yang membelenggu anak perempuan sejak remaja, sebab tidak ada orangtua yang merasa damai di masa perang dan berani melepaskan anaknya di luar pengawasannya. Penjajah bertingkah laku menganggap rendah bangsa Indonesia, termasuk wanita yang diperlakukan sebagai wanita yang kehilangan kemerdekaannya. Untuk menyelamatkannya, orangtua dalam masa penjajahan memilih jawabannya menyembunyikan putri-putrinya. Kartini juga terpingit , merupakan korban budaya zaman penjajah “. Budaya pingitan yang diakibatkan oleh penjahan inilah yang dilawan oleh Kartini, sebagaimana dinyatakan dalam suratnya pada 23 Agustus 1900 kepada Stella dinyatakan : “ Aku hendak, aku mesti menuntut kebebasanku. Stella, aku hendak perdengarkan kepadamu. Manakah aku akan menang, bila tidak berjuang. Manakah aku akan mendapatkan, bila tiada mencari. Tiada perjuangan tiada kemenangan. Aku akan berjuang Stella, aku akan merebut kemerdekaanku. Aku tidak gentar terhadap segala keberatan dan kesukaran, perasaanku cukup luat untuk mengalahkan semuanya itu “.
Kartini tidak mau mengikuti kebanyakan perempuan terpelajar pada zaman penjajah yang terperangkan dalam budaya Eropa, dan juga tidak mau mengikuti budaya wanita pribumi yang terikat oleh budaya adat yang menghilangkan potensi diri. Maka dengan pernyataan tersebut Kartini sebenarnya melawan adat masyarakat yang meminggirkan peranan wanita dan juga melawan budaya barat yang merusak peranan wanita dengan kebebasan yang tidak bermoral. Untuk itu Kartini tidak segan menegur budaya Barat yang tidak bermoral dengan tulisan surat kepada Zeehandelaar pada 23 Agustus 1900 dia menyatakan : “ Kerap kali aku bertemu dengan orang kulit putih yang sekali-kali bukan bodoh, melainkan pikiran yang cerdas, tetapi congkaknya (sombong) bukan main, tiada tahan. Hal ini menyakitkan hatiku bukan main, dan terlalu banyak kali menyapaikan perasaannya kepada kami, bahwa kami orang jawa sebenarnya bukan manusia. Bagaimana mungkin orang Belanda akan kami sayangi, bila kami diperlakukan secara demikian. Cinta akan membangkitkan cinta, tetapi penghinaan selamanya tidak akan membangkitkan cinta “. Sebagai bukti rusaknya moral bangsa Eropa dinyatakan Kartini lebih lanjut : “ Orang Eropa yang sekecil-kecilnya berhak duduk di atas kursi, sedangkan pegawai pribumi di bawah bupati, tidak pandang umur, asal dan kecakapannya, diwajibkan duduk di lantai “.

Perjuangan agama dan akidah
Menurut Kartini, bangsa Eropah tidak layak melakukan penghinaan terhadap bumiputera, apalagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai agama dan keimanan. Hal ini dinyatakan Kartini dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon pada 30 September 1901 : “ Kami akan berjuang keras memajukan, mebangkitkan bangsa kami dari kehinaan. Hidup kami penuh dengan jasa dan penuh dengan cita-cita “.
Kartini melakukan surat menyurat dengan kawan-kawanya wanita Belanda agar mereka dapat memahami keinginan dirinya dalam perjuangan melawan penindasan yang dilakukan oleh masyarakat dan bangsa penjajah terhadap wanita. Tetapi diantara wanita Belanda tersebut ada yang mencoba mempengaruhi Kartini agar melepaskan keyakinan agamaIslam yang dipeluknya jika Kartini ingin mendapatkan kebebasan. Tetapi Kartini tidak terpengaruh dengan bujukan meninggalkan agama yang dipeluknya sebagaimana jawabannya kepada nyonya Van Kol pada 21 Juli 1902 : “ Yakinlah Nyonya, kami akan tetap memeluk agama kami yang sekarang ini. Serta dengan nyonya kami berharap dengan senangnya, semoga kami mendapat rahmat dapat bekerja membuat umat lain memandang agama kami (Islam) patut disukai “. Dari pernyataan tersebut, berarti Kartini tidak terpengaruh dengan ajakan untuk meninggalkan ajaran agama demi kebebasan yang dicarinya, sebagaimana dilakukan oleh wanita liberal masa kini, tetapi kebebasan yang diperjuangkannya adalah kebebasan dengan landasan keyakinan agama Islam, malahan Kartini berharap semoga masyarakat barat melihat bahwa kebebasan berlandaskan agama akan menjadikan masyarakat eropa akan menyukai agama Islam. Olehsebab itu Kartini memberikan nasehat kepada masyarakat Eropa agar tidak berusaha menukar agama yang telah dipeluk oleh masyarakat pribumi yaitu agama Islam dengan agama eropa sebagaimana dinyatakannya dalam suratnya pada 31 Januari 1903 : “ Usahakanlah zending ( lakukan usaha untuk membantu masyarakat ) itu, tetapi tidak dengan menasranikan orang “.
Kartini lebih lanjut mencela dan menceritakan sikap sebagian orang muslim yang meninggalkan agamanya agar diangap modern dan bebas dengan mengikuti budaya serta agama orang Belanda dengan pernyataan : “ Orang Islam umumnya rendah pandangannya kepada orang yang tadinya seagama dengan dia, lalu melepaskan kepercayaannya sendiri memeluk agama lain. Pada mata orang Islam yang menjadi Kristen itu sebaliknya memandang rendah pula kepadanya yang tadinya seagama dengan dia itu. Oleh karena yang dipeluknya ialah agama orang Belanda, sangkanya dia sama tinggi derajatnya dengan orang Belanda “.

Perjuangan intelektual
Kartini juga merasakan ketenangan jiwa setelah dia membaca al Quran yang diterjemahkan dalam bahasa jawa, sehingga setiap ayat yang dibacanya dapat dipahaminya dengan baik. Kegembiraan Kartini dengan membaca al Quran dengan memahami maknanya dinyatakannya dalam suratnya pada 15 Agustus 1902 bahwa “ disinilah keimanan kepada Allah mulai bersemi dalam dirinya yang bertahun-tahun lamanya didahagakan oleh jiwanya “. Sebelum kitab suci al Quran diterjemahkan dalam bahasa jawa dKartini merasa resah karena tidak dapat memahami dan mencintai al Quran sepenuhnya sebagaimana dinyatakannya : “ karena al Quran terlalu suci, tiada boleh diterjemahkan ke bahasa manapun. Disinitiada seorangpun tahu bahasa Arab. Orang disini diajarkan membaca al Quran, tetapi yang dibacanya tiada yang ia mengerti “. Kartini menyayangkan keadaan itu sehingga katanya : “ Aku merasa berdosa, dengan anggapan bahwa kitab suci yang mulia (alQuran) itu terlalu suci, sehingga tiada boleh diartikan kepada kami “. Disini terlihat Kartini sangat merindukan kehadiran tafsir al Quran, sehingga dengan diterjemahkannya al Quran dalam bahasa jawa dia sangat bergembira sebab keresahan hatinya telah terobati. Sejak al Quran bahasa jawa dibacanya ditinggalkannya naskah-naskah jawa, dibacanya al Quran setiap masa sehingga “ Sekarang ini kami tiada mencari penghibur hati pada manusia, kami berpegang teguh di tangan Nya. Maka hari-hari gelap gulitapun menjadi terang, dan angin ributpun menjadi sepoi-sepoi “. Pernyataan “ habis gelap terbitlah terang “ yang merupakan terjemahan dari ‘ Minaddzulumati ilannur “ akhirnya dipilih oleh Armyn Pane untuk menjadi judul kumpulan surat-surat Kartini yang merupakan bukti perjuangannya. Itulah semangat kartini, semangat membaca dan memahami wahyu Ilahi dan mengaplikasikannya dalam perjuangan untuk mengangkat derjat kaum wanita dan bangsa, serta mempertahankan akidah dan iman dari pengarus agama dan budaya Barat. Sudahkan kita mengikuti semangat Kartini tersebut sewaktu memperingati Hari Kartini, atau sebailknya, dengan Hari Karini malah kita hilang semangat iman dan agama berganti dengan semangat emansipasi wanita dengan landasan budaya bebas dan liberal. Fa’tabiru Ya Ulil albab.( Buletin Istaid 25 April 2013 )

KEKHALIFAHAN ABUBAKAR : SUNNI DAN SYIAH

Perbedaan yang utama antara keyakinan kelompok Ahlussunnah wal Jamaah ( sunni ) dengan kelompok Syiah adalah masalah Imam. Bagi Syiah Imam itu tidak berdosa ( maksum ) dan merupakan pewaris risalah agama, yang berhak menggantikan nabi Muhammad setelah beliau meninggal dunia. Menurut Syiah Imamiyah ( syiah yang berkembang pada saat ini ), setelah nabi Muhammad meninggal dunia, maka risalah agama, dan pemerintahan dipegang oleh keluarga nabi yang dua belas dari (1)Ali bin Abi Thalib, (2) Hasan bin Ali- (3) Husen bin Ali (4)Ali Zainal Abidin bin Husen (5) Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin (6) Ja’far Shadiq bin Muhamad Baqir (7) Musa al Kazim bin Ja’far Shadiq, (8) Hasan Ridha bin Musa Kadzim (9) Muhammad Jawab bin Hasan Ridha (10) Ali al Hadi bin Muhammad Jawad (11) Hasan al Askari bin Ali alHadi (12 ) Muhammad Mahdi alMuztadzar ( hilang pada tahun 260 Masehi dan diyakini akan muncul kembali pada akhir zaman nanti ). Inilah nama-nama yang berhak menjadi Imam menurut Syiah Imamiyah atau disebut juga dengan syiah Istna Asyariya (syiah dua belas ) hsebab meyakini dua belas imam. Oleh sebab itu mereka menganggap Khalifah Abubakar as Shiddiq dan Khalifah Umar bin Khattab adalah dzalim, karena telah merampas kekuasaan setelah meninggal nabi Muhammad saw. Padahal dalam kitab sejarah al Bidayah wan Nihayah saja tertulis bahwa Sayidina Ali bin Abi Thalib mengakui kekkhalifahan Abubakar shiddiq.
Dalam riwayat yang disampaikan oleh Said al Khudri menyatakan bahwa : “Setelah Rasulullah saw wafat, kaum muslimin berhimpun di rumah Sa’ad ibnu Ubaidah. Juru bicara kaum Anshar berkata : Bukankah kamu mengetahui semua bahwa orang anshar adalah penolong Rasulullah. Oleh karena itu, kamu juga adalah penolong khalifah (pengganti ) Rasululah. Sebagaimana kamu pernah menjadi penolong Rasulullah. “. Umar bin Khatab berdiri dan berkata : Benar apa yang dikatakan oleh wakil kamu tadi, setelah itu Umar bin Khatab memegang tangan Abubakar dan berkata : Inilah yang paling layak dipilih sebagai penganti (khalifah ), maka berbai’atlah kepadanya. “. Umar merupakan orang yang pertama berbaiat (janji setia), kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir baik dari kaum muhajirin dan Anshar. Abubakar segera naik ke mimbar dan melihat kepada semua yang hadir, maka dia merasa bahwa Zubair tidak terlihat. Maka beliau menyuruh memanggil Zubair datang dan berfkata kepadanya: Wahai anak paman Rasulullah apakah engkau hendak mengingkari keputusan kaum muslimin ? Zubair menjawab : Tidak demikian wahai Khalifah, dia terus berdiri dan berbaiat”. Abubakar melihat lagi kesekeliling dan tidak terlihat Ali bin Abi Thalib, maka Ali segera dipanggil datang., dan tak lama Ali bin Abu Thalib datang dan berbaiat dengan Abubakar. Kemudian Abubakar berkata : “ Demi Allah aku tidak pernah cenderung dan berminat kepada soal kekuasaan baik siang maupun malam “. Aku tidak pernah memohon (mendambakan ) kekuasaan kepada Allah sama ada dengan diam-diam atau terang-terangan.Mendengar ucapan itu kaum muslimin semua setuju. Malahan Ali bin Abu Thalib dan zubair yang terlambat datang berkata : “ Kami minta maaf karena kami tidak dapat menghadiri majelis yang penting ini. Keterlambatan kami bukan kami sengaja. Kami berpendapat bahwa Abu Bakar merupakan orang yang paling layak untuk memegang tampuk pemerintahan ini. Hal ini disebabkan beberapa perkara yaitu beliau pernah menjadi teman Rasulullah saw semasa mereka berdua bersembunyi di dalam Gua Tsur (sewaktu dlaam perjalanan hijrah dari makkah ke madinah ). Kami sangat mengetahui tentang kebaikan kemuliaan dirinyan dan keluhuran budinya. Rasulullah saw juga pernah menjadikan dia sebagai pengganti imam shalat berjamaah sewaktu Rasulullah padahal rasulullah pada waktu itu masih hidup “.
Ada juga riwayat lain yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib berbaiat kepada Abu bakar setelah enam bulan kemudian. Padahal sejarah telah mencatat bahwa Ali telah berbaiat kepada Abubakar bersamaan dengan baiat kaum muslimin, hanya saja Ali datang terlambat. Jika ada riwayat yang menyatakan bahwa Ali berbaiat kepada Abu bakar setelah enam bulan kemudian, itu adalah untuk menghilangkan keraguan umat, disebabkan adanya [perselisihan antara Abubakar dengan Fatimah putrid Rasulullah. Setelah Rasul meninggal, Fatimah datang kepada Abubakar untuk meminta bagian daripada harta warisan Rasulullah. Khalifah Abubakar sebagai pemimpin, menyatakan bahwa dia dan seluruh sahabat mendengatr ada hadis nabi yang menyatakan bahwa keluarga Raululah tidak dapat menerima warisan. Abubakar berkata :bahwa Rasulullah perbah bersabda : “ Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Segala yang kami tinggalkan diperuntukkan sebagai sedekah “. Kemudian Abubakar berkata : Saya akan menaggung siapa saja dahulu yang ditanggung oleh Rasulullah (maksudnya biaya kehidupan nabi akan ditanggung oleh khalifah ) Maka jika aku memberikan warisan, aku khawatir nanti termasuk orang yang sesat, sebab telah meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah”. Oleh sebab itu Abubakar tidak memberikan warisan tersebut kepada keluarga Rasulullah, tetapi dimasukkan ke dalam Baitul Mal. Pernyataan Abubakar tersebut membuat Fatimah agak bersedih, tetapi kejadian ini menunjukkan bagaimana ujian bagi seorang khalifah dalam menegakkan keadilan, walaupun kepada keluarga Rasulullah, sebab Khalifah Abubakar akan memutuskan hukum sesuai dengan amanah dari Rasulullah.
Kejadian tersebut memicu isu di masyarakat bahwa keluarga Ali dan Fatimah tidak setuju dengan pemerintahan Abubakar, padahal seebnarnya tidak terjadi apa yang disangkakan. Malahan pada waktu Fatimah sakit, maka Abubakar datang melawat Fatimah dan berkata : “ Demi Allah, aku tidak meningalkan rumah, harta serta kaum keluargaku semata-mata untuk mencapai keredhaan Allah, keredhaan RasulNya dan keredhaan ahli keluarga Rasulullah saw “. Setelah mendengar itu Fatimah memaafkan Abubakar dan merasa gembira dengan kedatangannya. Hal ini diriwayatkan oleh Baihaqi. Malahan sejarah mencatat bahwa Fatimah mewasiatkan agar setelah kematiannya nanti, maka dia ingin agar yang memandikan mayatnya adalah Asma binti Uways, (istri khalifah Abubakar ).
Riwayat mengatakan bahwa Ali Bin Abi Thalib setelah kepergian Fatimah, kembali berbaiat kepada Khalifah Abubakar. Hal ini dilakukan untuk menghapuskan sangkaan dan isu di tengah masyarakat yang disebabkan persoalan harta warisan keluarga nabi tersebut. Dengan kedatangan Abubakar ke rumah Fatimah, dan istri Abubakar memandikan mayat Fatimah, serta baiat Ali bin Abi Thalib yang kedua kalinya merupakan bukti bahwa Sayidina Ali bin Abi Thalib mengakui kekhalifahan Abubakar dan bukan merupakan taqiyah sebagaimana yang disebutkan oleh orang syiah Imamiyah.
Dari catatan sejarah diatas dapat dilihat bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib sejak dari awal sudah setuju dengan pemerintahan Abubakar Shiddiq, sebab memang semua sahabat telah sepakah bahwa kepribadian, akhlak dan jasa Abubakar dalam Islam lebih utama daripada sahabat-sahabat yang lain, terlebih lagi umur Abubakar merupakan lebih tua dari umur sahabat-sahabat nabi yang lain, sebab Abubakar dan rasulullah hanya berselisih umur dalam 2 tahun saja. Hanya saja, setelah beberapa tahun kemudian sebab timbulnya peperangan antara Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib, sehingga muncul kelompok penyokong Ali ( syiah Ali ) dan penyokong Muawiyah. Syiah makna asal dalam bahasa arab adalah penyokong. Pada awalnya pengikut Ali hanya menyokong Ali dalam politik dan pembelaan, tetapi lama-kelamaan sokongan terhadap Ali bin Abi Thalib berubah menjadi pemahaman agama dan ajaran yang mendakwa Ali bin Abi Thalib yang patut menjadi imam dan khalifah, sedangkan ketiga khalifah yang lain adalah dianggap sebagai orang yang merampas kekuasaan tersebut. Pemahaman ini adalah pemahaman yang datang dalam kuruin masa akhir dan didakwa dibuat oleh oknum yahudi yang masuk Islam dengan nama Abdullah bin Saba’. Dari saat ini kita lihat adanya perbedaan antara pengikut Syiah (pengikut ) Ali bin Abi Thalib yang sebenarnya tetap dalam keyakinan yang sama dengan Ahlussunnah waljamah dan semua sahabat yang lain, dan keyakinan kelompok Syiah yang telah direkayasa menjadi ajaran yang fanatic kepada Ali dan membenci sahabat yang lain. Tapi disayangkan banyak umat islam menyangka bahwa keyakinan dan pahaman Islam Syiah(pengikut ) Ali bin Abi Thalib adalah sama seperti keyakinan kelompok Syiah Imamiyah sekarang ini, sehingga banyak yang mengatakan Syiah itu sama dengan kita, padahal kenyataannya ajaran mereka berbeda dengan akidah dan ajaran Ahlussunnah waljamaah, yang berasal dari Rasulullah, Sahabat , tabiin, Salafussaleh, dan sampai sekarang kepada kita semua. Fa’tabiru Ya Ulil albab.

Makna Ramadhan

Ramadhan dalam bahasa arab bermakna panas yang membakar. Aisyah radhiyallah anha bertanya kepada rasulullah : Ya Rasulullah, mengapa dinamakan ramadhan ? rasul menjawab : sebab pada bulan itu Allah membakar dosa-dosa orang beriman, dan memberikan ampunan kepada mereka ( Isfahani/Tafsir Durarur Mansur, jilid 1, hal.335 ). Oleh sebab itu bulan ramadhan adalah bulan pembakaran atas segala sesuatu yang tidak baik, seperti pembakaran dosa, toksid badan dan lain sebagainya.Ibnu Umar menyatakan : Dinamakan ramadhan sebab dosa-dosa akan terbakar dalam bulan tersebut “. Pembakaran juga dapat berararti pembersihan, sebagaimana besi dibakar untuk dibersihkan daripada karat dan lain sebagainya. Hal ini juga dikuatkan dengan hadis Rasululah menyatakan “ Bagi setiap sesuatu itu ada zakatnya (zakat dalam maksud pembersihan ), dan zakatnya badan itu adalah puasa “ ( hadis riwayat Ibnu Majah ). Dalam hadis yang lain juga disebutkan : “ Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat “ ( hadis riwayat Ahmad ). Dalam hadis berikutnya disebutkan bahwa “ Puasa itu adalah benteng “ ( hadis riwayat Baihaqi ) Benteng dapat berarti proteksi dan pertahanan. Dari ketiga hadis diatas, penulis melihat inilah konsep puasa bagi kehidupan, yaitu suatu sistem yang dapat membersihkan , memproteksi, dan menyehatkan kehidupan manusia . Iyulah sebabnya penulis menyatakan ramadhan adalah bengkel kehidupan, untuk membersihkan kekotoran, memperbaiki (menyehatkan ), dan memberikan ketahanan (proteksi ) segala sesuatu yang terdapat dalam diri manusia dalam mennjalani dan menghadapi kehidupan. Perawatan, pembersihan diri, proteksi merupakan kelaziman (sunatullah ) bagi sesuatu yang biasa dipakai. Sebagai contoh, kalau kita membeli sebuah kenderaan, maka dalam buku panduan kenderaan pasti tertulis bahwa kenderaan tersebut dalam masa tertentu harus masuk bengkel untuk dilihat segala sesuatu yang berkaitan dengan kenderaan tersebut, apakah air baterenya perlu diisi lagi, olinya diganti, mesinnya di tune-up, bannya apakah perlu diganti, remnya , dan lain sebagainya, dan itu semua adalah bagian dari system pemeliharaan kenderaan sehingga kenderaan dapat berjalan dengan baik sepanjang masa. Jika hal itu diperlukan bagi sebuah kenderaan, demikian juga bagi kehidupan manusia, dan semua makhluk yang hidup. Hidup adalah bergerak, dan setiap yang bergerak diperlukan suatu system pemeliharaan sehingga kehidupan akan tetap berjalan dengan baik. Berarti dalam suatu kehidupan diperlukan sistem perawatan dan pemeliharaan, dan untuk bengkel kehidupan manusia dalam satu tahun itulah diperlukan bengkel ramadhan, untuk memperbaiki dan men-service seluruh anggota badan manusia,yang terdiri dari roh, akal, hati, nafsu/emosi, dan jasad manusia.

Makna shalat taraweh

Jika kita memasuki bulan ramadhan, maka yang pertama kita lakukan adalah shalat taraweh. Shalat taraweh jika kita umpamakan dengan kenderaan adalah untuk mengisi air bateri agar batere tetap kuat dan dalam kondisi yang baik. Manusia mempunyai jiwa dan ruh. Jiwa dan ruh manusia adalah bagaikan sebuah batere. Jika batere perlu diisi ulang, sehingga kuat untuk menjalankan tugasnya sebagai bahan penggerak, demikian juga dengan jiwa dan ruh manusia. Pengisian ruh adalah dengan salat, itulah sebabnya rasulullah jika akan salat berkata kepada Bilal bin rabah, Yaa Bilaal, arihna bissalah…Wahai Bilal tenangkan jiwa kami dengan shalat. Berarti shalat adalah pengisian jiwa dan ruh agar tetap kuat. Untuk itu maka malam ramadhan pertama yang perlu diperrbaiki adalah ruh dan jiwa manusia dengan melakukan shalat taraweh baik itu delapan atau dua puluh rakaat. Sebaiknya kita tidak perlu bertengkar tentang bilangan rakaat, karena dalam ibadah shalat biasanya ada bilangan minimal danm maksimal. Jika dalam shalat duha minimal dua rakaat, maksimal delapan rakaat, dalam shalat witir minimal satu rakaat dan maksimal sebelas rakaat, tergantung kepada kemampuan dan keinginan kita untuk melaksanakannya, demikian juga dengan shalat taraweh, minimal delapan rakaat dan boleh juga duapuluh rakaat. Air bateripun demikian ada batas minimal dan batas maksimal dalam pengisiannya. Sepatutnya yang menjadi perhatian kita bukanlah bilangan, tetapi kualitas shalat taraweh yang dilakukan, apakah shalat tersebut sudah dapat menguatkan hubungan ruh dan jiwa kita kepada Allah taala. Oleh sebab itu lakukanlah shalat dengan penuh khusyu tanpa terburu-buru, sehingga shalat menjadi sebuah kenikmatan jiwa, kekuatan ruh bukan menjadi beban dan ajang pertengkaran.

Makna Tadarus AlQuran

Setelah shalat taraweh sebagai pengisian bateri kehidupan, maka kita melakukan tadarus al Quran, sebab menjadi tradisi nabi melakukan tadarus al quran bersama malaikat jibril sepanjang bulan ramadhan. Tadarus al Quran adalah untuk memperbaiki hati dan otak manusia. Hati manusia setelah dipakai selama setahun, kadang-kadang berkarat, untuk itu diperlukan sebuah proses pembersihan karat hati terlebih dahulu. Dalam sebuah hadis rasulullah saw bersabda : ” Sesungguhnya hati manusia itu dapat berkarat bagaikan besi yang berkarat “. Sahabat bertanya : Ya rasulullah, jika demikian apakah caranya untuk membersihkan karat hati tersebut ? “. rasulullah saw menjawab : ” Karat hati itu hanya dapat dibersihkan dengan bacaan al Quran dan mengingat kematian “. ( hadis riwayat baihaqi ).

Sebagaimana dalam shalat sunat taraweh ada batas minimal, demikian juga dalam membaca Al Quran, maka untuk membersihkan hati diperlukan bacaan al quran walaupun dilakukan dengan membaca tanpa mengetahui makna. Tetapi lebih baik lagi jika membaca dengan getaran hati dan penghayatan akan makna yang terkandung di dalamnya, inilah maksud daripada kalimat ” tadarus”. Tadarus dari kalimat ” tadarasa – yayatadaru- tadarusan ” yang bermakna mempelajari sesuatu, berate tadarus al Quran adalah membaca, dan mempelajari ayat-ayat yang terkandung dalam al Quran. Jika dengan membaca saja sudah dapat membersihkan karatnya hati, maka dengan tadarus atau tadabur al quran kita dapat memasukkan informasi, pesan dari ayat-ayat al Quran ke dalam otak kanan kita, sebagaimana kita mempelajari suatu ilmu pengetahuan. Tujuan dengan tadarus al Quran adalah memasukkan kembali pedoman hidup, informasi al quran ke dalam memori otak kita, sehingga dengan tadarus berarti membuang informasi yang salah tentang kehidupan seperti cara berpikir kapitalis, sekular, dan lain sebagainya, menjadi cara berpikir al quran. Jika dalam berpikir secular kita melihat bahwa dunia ini adalah kesenangan, maka berpikir al quran kita akan melihat bahwa dunia ini adalah ujian, demikian seterusnya. JIka kita bandingkan dengan kenderaan , maka tadarus al quran adalah bagaikan proses memperbaiki dan mentune-up mesin kenderaan sehingga mesin dapat berjalan dengan lebih baik.

Makna Sahur

Setelah tadarus, maka proses begkal ramadhan adalah sahur. Sahur secara bahasa adalah berjaga diwaktu malam. Makan sahur adalah proses penjagaan diri daripada keadaan lapar pada esok hari. Manusia berjaga di waktu malam juga diharapkan untuk melakukan shalat tahajud, bermunajat kepada Allah, dan memohon ampun kepadaNya, sebab dalam sebuah hadis : ” Tuhan akan turun setiap malam ke langit pertama di sepertiga malam terakhir dan berfirman : Siapa yang berdoa kepadaKu maka Aku akan menjawabnya, Siapa yang meminta kepadaKu, Aku akan memberinya, dan siapa yang meminta ampun kepadaKu, Aku akan memberi ampunan kepadanya ” ( riwayat Bukhari ).Dengan tahajud kita munajat, melaporkan rencana kerja kita untuk esok hari dan meminta persetujuanNya, rahmatNya, pertolongan dan perlindunganNya. dengan Allah. Proses sahur adalah proses penjagaan diri, dan jika dibandingkan dengan kenderaan adalah memperbaiki kaca spion, lampu tangan, dan lain sebagainya.

Makna imsak

Setelah sahur , kita akan memasuki proses berpuasa dengan menahan diri daripada segala yang membatalkan puasa, dan menahan diri daripada keinginan dan nafsu. Inilah yang disebut dengan ” imsak “, yaitu menaahan diri daripada yang membatalkan dan sesuatu yang dapat menghilangkan pahala puasa. Imsak kelas ekonomi, adalah menahan diri daripada makan dan minum dan yang membatalkan puasa. Imsak kelas eksekutif adalah bukan sahaja menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan pandangan, penglihatan, perkatan, tangan dan kaki dari segala tindakan tercela. Imsak kelas super eksekutif adalah menahan diri dari makan dan minum, dari perbuatan terscela dan juga menahan fokus perhatian dari segala sesuatu yang dapat melupakan Tuhan, sehinnga fokus segala perbuatan dan kehidupan adalah zkrullah, ibadah kepada Allah. Proses imsak ( manahan diri ) atau istilah yang dikenal dengan nama puasa ini jika kita umpamakan dengan kederaan masuk bengkel adalah memperbaiki rem baik itu rem belakang atau rem depan, sehingga pengemudi dapat mengawal diri dalam menjalankan kenderaannya. Inilah yang disebutkan nabi dalam hadis ” al-Shaumu junnah”, artinya “Puasa itu adalah benteng kehidupan “.

Makna Iftar

Setelah itu kita memasuki waktu berbuka puasa ( iftar ). Dengan berbuka puasa kita memasukkan energi ke dalam badan sehingga badan dapat berjalan dengan baik, demikian juga berbuka dimisalkan dengan memperbaiki ” gas ‘, sehingga kenderaan dapat berjalan dengan baik. Seorang pakar kesehatan dari Amerika dalam buku ” The Miracle of Fasting ” berkata bahwa puasa tiga puluh hari dalam setahun itu dapat menghilangkan toksid yang terdapat di dalam tubuh manusia. Demikian juga dalam sebuah hadis disebutkan ” , berpuasalah kamu maka kamu akan sehat ” ( thabrani ) berati dengan puasa kita sedang memperbaiki kesehatan badan kita sehingga kita dapat berjalan dengan baik pada kehidupan mendatang.

Iftar juga bermakna kembali kepada fitrah yang suci, sehingga jika manusia menjalani proses ramadan dengan tetap menjaga kualitas taraweh, kualitas tadarus, kualitas sahur dan kualitas imsak, maka dia telah melakuakn sebuah proses penyucian diri ( iftar ) sehari demi sehari sampai satu bulan, sehingga setelah menjalani proses iftar selama sebulan, barulah proses iftar itu dapat menyucikan kehidupan secara totalitas, baik ruhnya, hati dan otaknya, emosi dan perbuatannya, sehingga pada akhir ramadhan kita akan menjadi manusia yang kembali kepada fitrah yang suci ( idul fitri ), sebagimana kenderaan dimasukkan ke dalam bengkel setelah proses beberapa hari maka kenderaan itu mempunyai kualiti lebih baik lagi seperti kenderaan yang baru. Selamat menjalani bengkel ramadhan. Fa’tabiru ya ulil albaab. ( Muhammad Arifin ismail ?).

I S T A I D ( Islamic Thought and Information for Dakwah ) Center

Yaysan ISTAID ( Islamic Thight and Information for Dakwah ) dengan akte notaries No.30/19 September 1996 adalah sebuah lembaga dakwah bersifat  nirlaba yang bertujuan untuk membantu pemerintah Indonesia dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat disamping mencerdaskan kehidupan  masyarakat sehingga bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang mempunyai prestasi di dunia dan di akhirat. Usaha tersebut mulai direalisasikan dengan menerbitkan Buletin Jumat ISTAID No.1 pada 23 April 1993 bertepatan dengan 1 Dzul Qa’dah 1413. Buletin tersebut ditulis oleh Muhammad Arifin Ismail, sebagai amal jariyah dalam meningkatkan keilmuan dan wawasan masyarakat muslim melalui penyebaran buletin tersebut di masjid-masjid baik di kalangan perumahan maupun di kalangan perkantoran. Alhamdulilah, bulletin tersebut dapat diterima oleh masyarakat Sumatera Utara, khususnya kota Medan, terbukti hingga saat ini, bulletin tersebut setiap minggu disebarkan sebanyak 6000 eksemplar. Disamping itu sejak tahun 2004, atas permintaan masyarakat, bulletin tersebet juga dicetak di Kisaran dan disebarkan kepada masyarakat. Pada tahun 2008 tulisan yang sama juga dicerak di Padang, dengan nama bulletin Ulul Albab, yang diterbitkan oleh Yayasan Ulul Albab Padang dengan tiras 2000 eksemplar. Pada tahun 2011 tulisan yang sama dicetak di Jakarta oleh Yayasan alManar dengan tiras 2000.  Alhamdulillah pada hari jum’at tang 29 Juni 2012, Buletin Jumat ISTAID ini diterbitkan dengan nomor penerbitan yang ke-1000, yang terbit setiap jumat dan ditulis oleh penulis yang tetap.
MISI :
1. Membimbing individu menjadi hamba dan khalifah yang berprestasi. ( QS.24:55)
2. Membentuk generasi mendatang menjadi generasi berkualitas.(QS.3:79)
3.  Mempersiapkan masyarakat untuk menjadi masyarakat teladan ( QS.3:104, 110)

TUJUAN :

A. Tujuan Umum :

1. Menyadarkan ummat atas beberapa kelemahan dan kesalahan dalam pemahaman dan pelaksanaan ajaran Islam.

2. Memberikan informasi terkini tentang kondisi umat dan memberikan gambaran tentang sikap dan solusi yang dilakukan sesuai dengan nilai-nilai iman dan taqwa.

3. Meningkatkan kualitas ilmu dan wawasan keagamaan sehingga agama Islam dapat menjadi  landasan dalam seluruh aspek kehidupan.

4. Mendidik generasi muslim berkualitas sehingga dapat menjadi generasi teladan di masa mendatang.

B. Tujuan Khusus :

1. Menjadi   tempat bertanya bagi umat dalam setiap pesoalan kehidupan berlandaskan pada nilai-nilai keislaman dan keimanan.

2. Menjadi  pusat pendidikan  masyarakat dan generasi muda sehingga menjadi generasi rabbani dan masyarakat madani.

3. Menjadi pusat kajian ( research center )  sehingga dapat memberikan solusi, strategi dan kebijaksanaan alternatif bagi mewujudkan masyarakat yang berkualitas.

PELAYANAN UMAT YANG TELAH DILAKUKAN :

Demi tercapainya tujuan tersebut maka selama ini ISTAID telah mengadakan beberapa kegiatan dalam pelayanan umat :

1. Menerbitkan dan mengedarkan lembaran dakwah, dengan nama Renungan Jum’at ISTAID yang beredar sejak 1 Dzul Qa’dah 1413 / 23 April 1993 . Sampai saat ini lembaran tersebut telah beredar sebanyak 999 nomor dengan oplah sekitar 6000 lembar/nomor yang terbit setiap jum’at dan dibaca oleh masyarakat luas di daerah Sumatera Utara dan Aceh melalui lebih dari 60 masjid , perkantoran dan majlis taklim. Buletin Jumat Istaid bertujuan untuk memberikan wawasan keislaman kepada umat sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi sehingga nilai-nilai Islam dapat menjadi solusi bagi setiap problematikan kehidupan.

2. Melaksanakan pesantren kilat bagi remaja dan generasi muda muslim dengan penekanan pada peningkatan motivasi berprestasi muslim ( Moslem Achiement Motivation Training ) yang lebih berpusat pada pembentukan nilai-nilai tauhid, pembentukan semangat ( ghirah ) Islam dan peningkatan prestasi sebagai hamba dan khalifah. Selama ini ISTAID telah diberi kepercayaan untk mengelola pesantren kilat Remaja PT. PLN ,  dan Generasi muda PT. Inalum – Asahan, juga menjadi koordinator Pesantren Kilat Ramadhan PT. Arun –Ngl , Lho’seumawe.

3.Pada tahun 1997ISTAID mengadakan Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak Islam yang pertama di Sumatera utara, yang bertujuan untuk mencetak guru-guru taman kanak-kanak Islam yang profesional dan berkepribadian islami sehingga dapat melahirkan generasi pilihan. Program pendidikan tersebut telah dapat melahirkan sekitar 150 alumni yang telah berkiprah di masyarakat sebagai guru TK Islam atau sebagai pengelola TK Islam di daerah Sumatera Utara. Program ini sekarang terhenti sebab ketiadaan gedung

4.Pada tahun 1997-20003 membina masyarakat miskin dan terbelakang di desa binaan dengan cara mengadakan pendidikan Taman Pendidikan Al Quran /Islam secara gratis untuk masyarakat miskin di desa binaan, seperti yang telah dilakukan di Desa Labuan, di Belawan bekerjasama dengan Bapinroh Islam PT. PLN Wilayah II Medan.

7. Mengadakan pengajian rutin ( majlis taklim ) dengan materi tafsir , fiqih ibadah dan wawasan Islam yang diikuti oleh masyarakat secara terbuka.

8. Mengadakan diskusi dan seminar tentang ke-islaman seperti Seminar Anak Shaleh, Diskusi Hijrah, dan lain sebagainya.

ISTAID Center

Sejak penerbitan bulletin ISTAID pada tahun 1993, maka seluruh kegiatan ISTAID berjalan tanpa memiliki bangunan yang dapat dipakai sebagai pusat kegiatan secara permanen. Akibat selalu berpindah tempat maka beberapa program ISTAID terkendala sehingga sampai saat ini kegiatan yang berjalan hanya penerbitan Buletin Jumat ISTAID yang tetap dipertahankan melihat animo masyarakat yang terus meningkat untuk bahan bacaan yang berkualitas. Pada tahun 2007, penulis bulletin melanjutkan studi ke Malaysia dan juga mulai aktif mengisi pengajian di masjid-masjid di Malaysia. Pada tahun 2011, keluarga almarhum Ismail Ulung menyediakan rumah keluarga yang berada di Jalan Gatot Subroto, sebagai tempat kegiatan. Dengan bantuan dermawan muslim baik di kota Medan dan Malaysia, maka rumah almarhum tersebut dibangun tiga tingkat sebagai tempat pusat kegiatan Ilmu dan Dakwah yang dikelola ISTAID. Alhamdulillah pada tahun 2012, pembangunan gedung ISTAID tersebut dapat dipakai dengan kompisisi ruangan majlis taklim di tingkat bawah, delapan kelas di tingkat 2, dan perpustakaan di tingkat atas. Diharapkan bangunan tersebut dapat berfungsi sebagai pusat ilmu , dan dakwah bagi masyarakat.

Dengan adanya bangunan tersebut, ISTAID akan menitik beratkan pada peningkatan kualitas ulama, khatib, ustadz, guru pondok pesantren, sehingga dengan peningkatan kualitas tersebut dapat meningkatkan pelayanan keilmuan kepada masyarakat. Diantara vprogram yang akan dilakukan untuk tujuan tersebut adalah :

Program Harian :

Mengadakan majlis ilmu secara komprehensif dan terpadu berdasarkan kitab dari ulama yang mempunyai otoritas keilmuan yang diajarkan secara bertahap, yang diajarkan oleh ustadz dan guru yang mempunyai otoritas pendidikan. Materi yang akan diajarkan meliputi : Tauhid, Tafsir, Hadis, Fikih, Sejarah Rasul, dan Akhlak. Majlis Ilmu ini dilakukan secara gratis, tanpa bayaran.

Memberikan pelayanan konsultasi agama kepada masyarakat yang memerlukan baik bersifat langsung maupun melalui komunikasi telepon atau internet.

Program Mingguan:

ISTAID akan mengadakan program mingguan Kajian Islam Sabtu-Minggu ( Week-End Islamic Understanding Course ), dengan kajian tematik dan bermodul, seperti Ekonomi Islam, Rumah tangga Islam, Manajemen Islam, dan lain sebagainya.

Menerbitkan bulletin Jumat ISTAID setiap hari Jumat, yang diedarkan ke masjid-masjid sehingga dapat diharapkan menjadi media untuk meningkatkan kualitas ilmu dan keimanan  masyarakat.

Program Bulanan :

Setiap bulan akan diadakan Seminar dan Dialog inter-disiplin ilmu  dan profesi dengan pakar-pakar dalam keilmuan masing-masing yang akan diikuti oleh ulama, pimpinan pondok, dosen-dosen agama, tokoh ormas Islam, dan lain sebaginya. Diharapkan forum ini dapat menjadi wadah ukhuwah dan silaturahmi antar pemuka agama.

Program Tiga Bulanan :

Setiap tiga bulan akan diadakan Workshop berkaitan dengan agama dan dakwah yang diikuti oleh ulama, pimpinan pondok,, nazir-nazir masjid, pimpinan ormas Islam, dosen perguruan tinggi Islam, berkaitan dengan isu-isu pemikiran islam yang berkembang. Diharapkan forum ini dapat memperluas wawasan pemimpin umat dalam melihat problematika umat dan dapat mencari solusi dalam menyelesaikannya dengan landasan ilmu dan langkah yang bijak.

Program enam bulan :

Mengadakan Pendidikan Kader Ulama sehingga diharapkan dapat melahirkan ulama-ulama yang berilmu, berwawasan dan dapat berkiprah sesuai dengan perkembangan informasi dan teknologi, yang dapat menuntun masyarakat yang berkualitas di masa mendatang.

Program Tahunan :

Mengadakan Pertemuan selaturahmi antar ulama, cendekiawan muslim, pimpinan pondok, pimpinan ormas Islam untuk mendapatkan masukan informasi atas keadaan umat, dan mencari solusi dakwah yang tepat dan bijak sesuai dengan keadaan tempat dan situasi.

Perpustakaan

ISTAID berusaha untuk melengkapi perpustakaan khususnya yang berkaitan dengan keislaman dan Dakwah, sehingga dapat menjadi tempat rujukan bagi ulama, dan guru, serta masyarakat umum dalam memahami ajaran agama bersumber dari ulama dan kitab yang berkualitas.

ISRAK MIKRAJ : Sejarah dan Pengajaran

Makna Isra’ – Mi’raj

Isra’ berasal dari akar kata bahasa arab : Asra – Yusri – Isra yang bermakna berjalan di waktu malam, sedang Mikraj berasal dari kata : A’raja – Yu’riju – Mikraj yang bermakna naik ke atas , maka makna Mikraj adalah alat atau masa untuk naik.

Isra’ dan Mi’raj secara keilmuan adalah perjalanan nabi Muhammad saw pada malam duapuluh tujuh rajab tahun kesebelas dari kenabian ( sekitar tahun 622 masehi ) dari masjidil haram ke masjidil aqsha, kemudian naik ke langit sampai kepada langit ketujuh, dan terus berjumpa dengan Allah untuk menerima perintah shalat dan kemudian kembali pada malam yang sama, sebelum waktu subuh.

Dalil dari Al Quran Al karim

1. “ Maha suci Tuhan yang telah membawa hambaNya berjalan di malam hari dari masjid al haram ke masjid al aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan Kami kepadanya. Sesungguhnya dia Maha mendengar dan maha Melihat “ ( Surah al isra ; 1 ).

2. “ Demi bintang ketika dia terbenam. Kawan kamu itu ( Muhammad ) tidaklah sesat dan tidak keliru.Dan dia tiada berkata dengan kemauannya sendiri. Itu hanyalah wahyu yang disampaikan kepadanya. Dia diberi pelajaran oleh yang sangat kuat, yang mempunyai kerpandaian dan kesempurnaan. Dia berada di bahagian yang paling tinggi di tepi langit, kemudian dia mendekat dan bertambah dekat, sehingga jaraknya hanya antara anak panah dan busurnya atau lebih dekat lagi. Kemudian diwahyukan oleh Tuhan kepada hambaNya apa yang hendak bdiwahyukanNya. Harti tiada berdusta tentang apa yang dilihatnya.Apakah kamu akan membantah tentang apa yang dilihatnya? Sebenarnya telah dilihatnya diwaktu yang lain didekat Sidratul Muntaha. Didekat tempat itu ada juga ada surge Jannatul Ma’wa. Ketika itu Sidratul Muntaha ditutupi dengan apa yang menutupinya. Pemandangannya tidak menyimpang dan tidak malampau.Sebenarnya dia telah melihat tanda-tanda kekuasaan yang amat besar daripada Tuhannya “. ( Surah an Najm : 1-18 ).

Dalil dari Hadis Nabi :

1. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari , dari Malik bin Sa’adah menceritakan bahwa rasulullah saw bersabda : Sewaktu saya sedang berada di dekat Hajar al aswad, berbaring miring, tiba-tiba ada yang datang kepada saya. Saya mendengar dia berkata : Belahlah antara ini sampai disini. Maka Malik bin sa’salah bertanya : Apakah yang dimaksud dengan ini dan disini ? rasululah menjawab : Mulai dari cekuk leher sampai bulu airnya “. Muhammad melanjutkan : Kemudian dia datang mengeluarkan hati saya. Setelah itu dibawakan sebuah pasu emas berisi keimanan. Hati saya dibasuhnya, kemudian dituangkan air itu ke dalamnya dan dikembalikan kepada letak asalnya, kemudian dibawakan kepadaku seekor binatang yang putih, lebih kecil dari baghal (unta) dan lebih besar dari keledai, kemudian saya dinaikkan ke atasnya , dan jibrilpun berangkat bersama saya sampai ke langit dunia “.

2. Dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Nasai bahwasanya Anas bin Malik bercerita bahwa Rasulullah saw berkata : “ Sewaktu datang kenderaan buraq, maka aku menaiki kenderaan tersebut bersama malaikat Jibril alaihisalam kemudian kamipun berjalan, dan setelah sampai di suatu tempat, maka Jibril berkata : Turunlah kamu disini dan lakukan shalat. Maka Aku melaksanakan shalat di tempat tersebut. Setelah shalat Jibril bertanya : Apakah kamu mengetahui dimana kamu lekukan shalat tadi….Kamu telah shalat di bumi Thayyibah ( kota madinah ) dan ke tempat ini kamu nanti akan berhijrah. Setelah itu Aku berjalan lagi bersama malaikat Jibril sehingga sampai di suatu tempat, maka Jibril berkata : Turunlah di tempat ini dan dirikanlah shalat..Maka Aku turun di tempat itu serta melakukan shalat. Setelah selesai shalat, Jibril berkata : Tahukah kamu dimana kamu shalat tadi..? Kamu telah shalat di bukit Thursina, tempat Musa as berdialog dengan Allah Taala. Kemudian kami berangkat lagi sehingga sampai di suatu tempat, kemudian Jibril berkata : Turunlah kamu, dan shalatlah . Aku lakukan shalat dan setelah selesai Jibril bertanya : Tahukah kamu tempat apa ini..? Ini adalah Baitullahm ( Bethelehm ) tempat dimana Nabi isa alaihissalam dilahirkan, kemudian setelah itu baru aku menuju Baitul Maqdis, dimana telah berkumpul semua nabi dan rasul, dan kemudian aku disuruh Jibril untuk menjadi imam bershalat jamaah bersama mereka “.

3. Baihaqi meriwayatkan hadis dari Abu said al Khudri yang menyatakan bahwa rasulullah saw telah bersabda : “ Aku mendengar ada suara yang memanggil-manggilku dari sebelah kanan, katanya : palingkanlah mukamu kepadaku, aku ingin bertanya . tetapi aku tidak menyahut panggilan tersebut. Kemudian ada pula suara yang lain memanggil-manggil dari sebelah kiriku, aku terus berdiam diri, tidak menyahutnya. Tiba-tiba aku terserempak dengan seorang perempuan yang terdedah setengah anggotanya sampai kelihatan segala kecantikan yang diciptakan Allah bagi kaum wanita, ia menyeruku : Wahai Muhammad, lihatlah kepadaku sebentar, aku mau bertanya sesuatu kepadamu. Aku tidak menoleh sedikitpun kepada perempuan itu. Jibril berkata kepadaku : wahai Muhammad adapun penyeru pertama adalah penyeruan yahudi, jika engkau menyahutnya, maka seluruh umatmu akan menjadi yahudi; dan pemanggil kedua adalah penyeru dari agama kristian, dan jika engkau menyahutnya, seluruh umatmu akan menjadi kristian. Adapun perempuan yang memanggil-manggilmu itu adalah lambang kehidupan dunia.

4.Ibnu mas’ud menceritakan bahwa rasulullah bersabda ; “ kemudian aku masuk ke dalam masjid (Baitul Maqdis ), lalu melihat para nabi ada yang sedang berdiri dan ada yang sedang ruku dan ada yang sedang sujud. Kemudian azan dialungkan dan iqamat , lalu kami (para nabi ) berdiri dalam saf yang lurus, menunggui siapa yang menjadi imam. Kemudian datang Jibril menghampiriku, dan memimpinku menunjuk ke hadapan, maka akupun bersembahyang menjadi imam mereka “.

5. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwasanya menurut sahabat nabi Anas bin Malik, menyatakan bahwa rasulullah saw telah bersabda : Kenderaan Bouraq dibawakan kepadaku, kenderaan itu berwarna putih, bentuknya lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil daripada bughal (kuda ), kakinya diletakkan dihujung ekornya. Aku mengenderainya hingga Baitul maqdis. Aku ikat tali kenderaan itu ditempat dimana para nabi mengikat kenderaan masing-masing.

Kemudian akupun masuk ke dalam masjid dan shalat dua rakaat, kemudian aku keluar sedang Jibril datang mendapatiku dan ditangannya ada dua bekas satu berisi khamar (arak ) dan satu lagi berisi susu. Aku memilih bekas yang berisi susu. Jibril berkata : engkau telah memilih fitrah yang suci. Kemudian aku dinaikkan ke kawasan langit dunia, maka Jibrilpun memohon izin untuk menembusinya. Tiba-tiba suatu suara bertanya : Siapakah kamu? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi ; Sudahkah dia itu diutus. Jibril menjawab : Sudah. Kamipun dibenarkan masuk, lalu aku bertemu dengan Adam yang datang menyambutku, dan mendoakanku dengan yang baik.

Kemudian kami dinaikan ke lapisan langit yang kedua, dan Jibril memohon izin untuk menembusnya.dan suara terdengar : Siapakah kamu ? Jibril menjawab : Aku Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi : Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab : Sudah. Kami segera dibenarkan masuk dan kami disambut oleh Yahya dan Isa,. Mereka mengalu-alukan kedatanganku dan mendoakan aku dengan segala yang baik
.
Kemudian kami dinaikkan ke langit yang ketiga, dan seeprti sebelumnya Jibril memohon izin menembusnya, lalu kedengaran suara bertanya: Siapakah kamu ? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu ? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi ; Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab : Sudah. Kemudian kami diizinkan masuk dan disambut oleh Yusuf, dan dia mendoakanku dengan kebaikan.

Kemudian kami dinaikan ke lapisan langit keempat, dan jibril meminta izin untuk menembusinya, dan kedengaran suara bertanya : Siapakah kamu ? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu ? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi : Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab : Sudah. Kemudian kami masuk dan disambut oleh Idris dan mendoakanku dengan yang baik. Dalam al Quran Alah telah berfirman : Dan Kami (Allah) telah mengangkat Idris ke tempat yang tinggi.

Kemudian kami dinaikan ke lapisan langit yang kelima, dan Jibril meminta izin dan terdengar suara bertanya : Siapakah kamu? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu? Jibril menjawab ; Muhammad. Suara bertanya lagi : Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab ; Sudah. Kemudian kami diizinkan masuk dan disambut oleh Harun, dan mendoakanku dengan yang baik.

Kemudian kami naik ke langit yang ke-enam, dan Jibrilsebagaimana biasa meminta izin, kemudian terdengar suara bertanya ; Siapakah kamu ? Jibril menjawab ; Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : Siapakah bersamamu ? Jibril menjawab : Muhammad. Suara bertanya lagi : Sudahkah dia diutus? Jibril menjawab ; Sudah. Kemduian kami dibenarkan masuk dan disambut oleh Musa, dan mendoakanku dengan yang baik. Kami seterusnya dinaikan ke langit yang ketujuh, dan Jibril sebagaimana biasa meminta izin, dan suara bertanya : Siapakah kamu ? Jibril menjawab : Aku adalah Jibril. Suara bertanya lagi : siapakah bersamamu ? Jibril menjawab ;Muhamad. Suara bertanya lagi ; Sudahkan dia diutus ? Jibril menjawab : Sudah. Kemudian kami masuk dan bertemu dengan Ibrahim yangsedang bersandar di Baitul makmur.
Di baitul makmur ada seramai tujuh puluh ribu malaikat yang selalu mengunjunginya setiap hari, dan bila mereka masuk mereka tidak akan keluar lagi.

Kemudian aku seorang diri meneruskan perjalanan ke Sidratul Muntaha, yaitu suatu pokok yang daunnya selebar telinga gajah, dan buahnya berjuntai-juntai dari atas para-para. Pokok Sidratul Muntaha ditutup dengan apa yang menutupinya sesuai dengan perintah Allah, maka tiada seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup mensifatkan kecantikan dan keindahannya. Maka Allah mewahyukan kepadaku apa yang hendak diwahyukan. Kemudian Dia ( Allah )mewajibkan keataskudan umatku untuk melakukan shalat sebanyak limapuluh kali dalam sehari dan semalam.
Akupun turun dari tempat itu sehingga berjumpa dengan Musa, dan dia bertanya kepadaku : Apakah yang telah diwajibkan Allah kepada umatmu ? Aku menjawab : Shalat lima puluh kali sehari semalam.Musa berkata : kembalilah kepada tuhanmu untuk meminta keringanan, karena umatmu tidak akan dapat mengerjakan yang demikian. Sesungguhnya aku telah menguji kemampuan Bani Israel.
Aku segera menghadap tuhanku dan memohon : wahai Tuhanku, Dapatkah Engkau meringankan kewajiban itu atas umatku ? Tuhan menguranginya sebanyak lima waktu. Aku turun dan bertemu dengan Musa, dan diapun bertanya ; Bagaimana keadaanmu? Aku menjawab : telah dikurangi lima waktu. Musa berkata lagi : Sesunguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya, kembalilah kepada Tuhanmu meminta keringanan. Aku terus berulang kali antara Tuhan dan Musa, dan setiap kali aku meminta keringanan, Tuhanku menguranginya lima waktu, sehingga akhirnya kewajiban itu hanya lima waktu sahaja, dan Tuhanku berfirman ; Wahai Muhammad, itulah lima waktu shalat yang diwajibkan siang dan malam, dan pada setiap satu waktu akan dinilai seperti mengerjakan sepuluh waktu. Sesiapa yang bercita-cita membuat kebajikan lalu terhalang untuk melakukannya akan dicatit baginya satu kebaikan, dan sesiapa yang melakukannya, maka akan dicatit baginya sepuluh kebaikan.Dan barangsiapa yang bercita-cita membuat kejahtan, dan dia membatalkan maka tidak akan dicatitkan apa apa, dan kalau dia melakukan kejahatan maka dia akan dicatit satu kejahatan. Kemudian aku turun dan bertemu Musa dan aku membritahukan dia akan keringanan lima kewajiban shalat tersebut, kemudian Musa berkata : Kembalilah engkau kepada Tuhanmu untuk meminta keringanan lagi, sebab umatmu nanti susah untuk melakukannya. Aku menjawab : “ Aku tidak akan kembali kepada tuhanku untuk meminta keringanan lagi, sebab aku malu kepadaNya”. Hadis dengan pernyataan dan cerita yang sama juga terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

6. Menurut Hadis diriwayatkan oleh Thabrani dan Al Bazzar, bahwasanya dalam perjalanan malam Isra’ Mi’raj tersebut, nabi Muhammad telah melalui suatu kaum yang sedang berladang dan mengambil hasil ladangnya dalam hari yang sama. Setiap selesai menuai hasil panen, tanamannya kembali berbuah dengan buah-buahan yang baru. Nabi bertanya kepada Jibril : Gambaran apakah itu..? Jibril menjawab : Mereka itulah kaum yang berjihad fi sabilillah, kebajikan mereka dilipat gandakan sehingga tujuh ratus kali lipat. Apa saja yang mereka belanjakan untuk berjihad, maka Allah menggantikannya dengan berlipat ganda. Kemudian Nabi Muhammad saw melihat suatu kaum yang sedang memukul kepalanya dengan batu yang besar. Setiap kali kepala itu hancur, maka kepala itu kembali lagi seperti sedia kala dan orang itu terus memukul kepala yang baru. Hal tersebut dilakukannya terus menerus tanpa berhenti. Nabi bertanya kepada malaikat: Gambaran apakah ini ya Jibril ? Jibril menjawab : “ Itulah orang yang malas mengerjakan shalat yang telah diwajibkan “

Nabi terus berjalan dan melihat suatu kaum yang berpakaian koyak di sebelah muka dan juga koyak di sebelah belakang. Mereka laksana binatang memakan pohon-pohon yang berduri, daun-daun yang pahit dan batu-batu api neraka jahannam. Nabi bertanya kepada Jibril : Siapkah mereka itu..? Malaikat Jibril menjawab : “ Itulah orang-orang yang tiadak mau membayar zakat dari harta kekayaan mereka. Itu semua akibat perbuatan mereka, dan Allah Taala tidak mendhzalimi mereka karena Allah Maha penyayang kepada hamba-hambaNya.

Rasulullah saw terus melanjutkan perjalanannya sehingga beliau melihat suatu kaum yang sedang memegang daging di kedua belah tangannya.. Daging yang satu baru masak, sedangkan daging yang satu lagi berbau busuk dan masih mentah. Anehnya mereka malah memakan daging yang busuk dan tidak menghiraukan daging yang masak. Nabi bertanya : mengapa mereka berbuat demikian.? Jibril menjawab : Itulah gambaran umatmu yang mempunyai isteri yang halal, tetapi masih tetap mencari teman wanita dengan perempuan nakal dan tidur bersamanya sampai pagi. Itu juga gambaran isteri-isteri yang nakal yang mempunyai suami yang halal, tetapi lebih senang mencari lelaki lain untuk tidur bersamanya
.
Kemudian Rasulullah melihat seorang lelaki yang sedang mengumpulkan kayu –kayu yang besar untuk dipikulnya, tapi dia tak sanggup untuk mengangkatnya. Anehnya walaupun tidak sanggung untuk mengangkatnya, orang itu masih terus menambah pikulannya dengan kayu-kayu yang lain tanpa berhenti. Nabi bertanya : siapakah orang itu? Jibril menjawab : Itulah orang yang suka menerima amanat orang tetapi dia tidak berdaya untuk melaksanakannya, tetapi dia terus tamak sehingga tetap terus menerima amanat yang lain. Rasulullah terus berjalan dan melihat suatu kaum yang sedang menggunting-gunting lidah dan bibirnya , tetapi setiap kali digunting, lidah dan bibirnya tumbuh lagi, dan terus digunting lagi. Demikianlah yang mereka lakukan terus menerus. Rasul bertanya : Gambaran apakah ini ? Jiberil menjawab : Itulah siksaan bagi ummatmu yang suka melakukan fitnah.

Kemudian rasul melihat suatu satu batu kecil dan dari batu itu keluar seekor kerbau yang besar, kemudian kerbau itu memasukkan badannya ke dalam batu yang kecil tersebut, dan kerbau itu walaupun tidak bisa masuk tetap berusaha untuk memasukinya. Gambaran apa pula itu, tanya Nabi . Jibril menjawab : Itulah gambaran orang yang bercakap sombong kemudian menyesali ucapannya tetapi apa daya ucapannya itu tidak dapat ditarik kembali.

Kemudian Nabi melihat suatu lembah yang berhawa nyaman dan dingin, anginnya membawa aroma yang sangat wangi dan dari sana terdengar suara-suaran yang riang gembira. Rasul bertanya : tempat apakah ini.? Jibril menjawab : Inilah surga . Tak lama kemudian nabi mendengar suara surga berkata : “ Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku apa yang telah Engkau janjikan. Disini telah tersedia ruangan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sutera tebal, sutera halus, permadani , mutiara, perak , emas, piring dan mangkuk, kenderaan, madu , air, susu, khamar, maka berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan.

Allah segera berfirman : “ Akan KU berikan kepadamu setiap orang yang beriman kepada_KU dan kepada Rasul-KU serta beramal shaleh dan tidak syirik kepada-KU dan tidak menjadikan selain-KU sebagai sekutu. Siapa yang takut kepada-KU , maka dia akan selamat. Siapa yang memohon kepada-KU, maka AKU akan memberi apa yang diminta. Siapa yang meminjamkan sesuatu kepada-KU, maka AKU akan membalasnya. Siapa yang meneyerahkan dirinya ( bertawakkal ) kepada-KU, maka AKU akan menjadi pelindungnya. Sesungguhnya AKU adalah Allah, tiada Tuhan selain AKU. AKU tidak akan memungkiri janji-KU. Sesungguhnya telah menang orang-orang yang beriman. Maha Berkat AlLlah, sebaik-sbaik pencipta. Syurga menjawab “: Aku redha Ya Tuhan dengan segala pemberianMu “.
.
Kemudian nabi Muhammad saw dibawa ke suatu lembah yang lain. Di dalamnya terdengar suara yang sangat buruk dan dari dalamnya keluar bau busuk yang menyesakkan pernafasan. Nabi bertanya : Tempat apakah ini..? Jibril menjawab : inilah suara dari neraka jahannam yang berkata : “ Tuhanku..berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan. Telah terlalu banyak sampai bertimbun-timbun rantai pada tempatku ini, demikian juga dengan belenggu api, air panas yang mendidih, pohon yang berduri, air yang sangat dingin, azab dan siksa, dan terlalu dalam dasarku serta terlalu panas apiku ini, maka berikanlah apa yang telah Engkau janjikan. Mendengar suara itu Allah taala segera berfirman : “ Akan Ku berikan kepadamu wahai neraka segala orang yang musyrik , baik laki dan perempuan, segala orang yang kafir dan orang yang sombong lagi ingkar tidak beriman dengan hari pembalasan . Neraka menjawab : “ Aku redha Ya Allah dengan segala pemberianMu “. Kemudian Nabi Muhamad saw melanjukan perjalanan sehingga beliau sampai ke Baitul Maqdis.

7. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi diceritakan bahwa Nabi Muhammad saw melihat hidangan berisi makanan yang baik tetapi tidak ada seorangpun yang memakannya, sedangkan ada satu hidangan berisi daging yang busuk, dan dikerumuni oleh orang banyak. Jibril berkata : Itulah gambaran orang yang mencari yang haram dan meninggalkan yang halal.

Nabi juga melihat kaum yang perutnya buncit sehingga badannya tidak kuat untuk membawa perutnya yang sangat buncit tersebut. Setiap kali mereka berusaha untuk berdiri, maka mereka akan segera terjatuh dikarenakan perutnya yang sangat besar tersebut. Jibril berkata : “ Itulah orang-orang yang memakan uang riba. Nabi juga melihat suatu kaum yang bibirnya tebal seperti bibir unta. Mereka menelan bara api yang panas yang terus keluar dari bawah mereka. Jibril berkata ; Itulah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzalim. Nabi juga melihat perempuan yang sedang mencakar-cakar kedua buah dadanya, dan malaikat Jibril berkata : Itulah para pelacur-pelacur. Kemudian nabi juga melihat orang yang sedang memotong dan memakan daging dari tulang rusuknya sendiri. Jibril berkata : Itulah orang yang suka menabur fitnah dan menganiaya orang lain.

8. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud menyatakan bahwa nabi Muhammad saw juga melihat suatu kaum yang mempunyai kuku dari tembaga dan mereka mencakar wajah-wajah dan dada mereka dengan kuku tersebut. Menurut malaikat Jibril mereka itulah orang yang suka memakan daging manusia ( suka mencaci orang ) dan orang yang suka menjaga tepi kain orang ( selalu mencari aib orang lain ). Ibnu Mardawih juga meriwayatkan bahwa Rasulullah melihat sekelompok orang yang bibirnya sedang dijepit dengan jepitan api. Setiap kali bibir itu hangus, maka bibir itu kembali seperti semula dan trus disepit lagi tak henti-hentinya. Jibril berkata ; “ Itulah gambaran dari ummatmu yang senang berpidato menganjurkan sesuatu tetapi dia sendiri tidak melakukannya “
.

9. Thabrani meriwayatkan hadis dengan sanad sahih dari Ibnu Abbas , diaman beliau telah berkata ; susingguhnya Muhammad telah melihat Tuhannya dua kali. Sekali dengan pandnagan mata dan sekali lagi dengan pandnagan hati “. Ikrimah bertanya : Apakah Muhammad telah melihat Tuhannya dengan mata kepalanya ? Ibnu Abbas menjawab : Benar, Tuhan telah memberikan keistimewaan kepada Musa untuk dapat bercakap-cakap dengan Nya (kalimullah) dan memberikan keistimewaan kepada Ibrahim untuk menjadi orang kepercayaan Allah ( khalilullah ), maka Dia telah memberikan keistimewaan kepada Muhammad saw untuk dapat melihatNya “.

10. Imam Ahmad meriwayatkan hadis daripada Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Setelah berlalu malam hari dimana aku melakukan perjalanan isra, dan aku kembali ke kota Makah, aku merasa perkara ini sangat berat dan aku tahu bahwa orang ramai tidak akan mendustakanku. Maka Abu Jahal datang bertanya disisiku : hai Muhammad, apa ada berita baru ? Nabi menjawab : Benar. Abu jahal bertanya ; Apa itu ? nabi menjawab : Aku telah dibawa berjalan oleh Tuhanku di malam tadi ? Abu Jahal bertanya : kemana ? Nabi menjawab : ke Baitul maqdis Abu jhaal berkata lagi : Dan sekarang pagi-pagi ini engkau sudah sampai ke hadapan kami lagi? Nabi menjawab : Benar. Abu jahal berkata : bagaimana jika aku panggil orang ramai, apakah engkau akan ceritakan kepada mereka sebagaimana engkau ceritakan kepadaku? Nabi menjawab : Boleh. Abu jahal segera pergi memanggil orang ramai : wahai kaum Bani Luai ( Quraisy ), kemarilah . Setelah orang ramai berkumpul di hadapan nabi, Abu Jahal berkata : “ Hai Muhammad, katakanlah kepadaku sebagaimana yang engkau katakan kepadaku tadi. Nabi berkata : Aku telah dibawa Tuhanku berjalan tadi malam. Orang ramai berkata : Kemana? Nabi berkata : Ke Baitul Maqdis. Orang ramai bertanya lagi : Dan sekaarng engkau ada bersama kami disini? Muhammad berkata : Benar. Orang ramai berkata : Bolehkah engkau gambarkan kepada kami tentang Baitul Maqdis. Nabi kemudian menceritakan tentang Baitul maqdis, dimana secara tiba-tiba Allah nampakkan Baitul maqdis dihadapan nabi sehingga nabi dapat menceritakan tentang Baitul Maqdis secara jelas. Orang ramai berkata ; Semua yang diceritakan itu benar. Sebagian daripada orang ramai datang ke tempat Abubakar dan berkata kepadanya : wahai Abubakar, kawanmu itu menceritakan bahwa dia telah berjalan pada malam hari ke baitul maqdis dan sekarang dia telah kembali lagi kesini. Abu bakar bertanya ; Apakah kamu mendustakannya ? Orang ramai berkata : Sekarang dia ada di masjidil haram memberitakan hal itu kepada orang ramai. Abuibakar menjawab : Demi Allah, sekiranya dia berkata demikian, maka benarlah apa yang disampaikannya, mengapa kamu terkejut dengan apa yang diberitakannya. Demi Allah, selama ini dia telah memberitakan wahyu yang turun dari langit dan aku terus membenarkannya. Ini lebih menakjubkan daripada berita perjalanan ke Baitul Maqdis. Abubakar segera ke masjid menjumpai nabi Muhammad dan bertanya kepada beliau : wahai Muhammad, apakah kamu memberitakan bahwa kamu berjalan ke masjidil Aqsha di malam hari ? Nabi menjawab : Benar. Abubakar berkata : Ceritakanlah tentang Baitul Maqdis itu, sebab aku telah pernah melihatnya. Rasulullah segera menceritakan kembali gambaran Baitul maqdis, dan setiap selesai satu gambaran cerita, maka Abu bakar berkata : benar engkau wahai Muhammad, sehingga nabi Muhammad selesai menceritakan seluruhnya. Akhirnya nabi Muhammad berkata : Dan engkau wahai Abubakar adalah as Shiddiq , orang yang membenarkan. Sejak itu terkenallah nama Abu Bakar menjadi Abubakar as Shiddiq.

HIKMAH DAN PELAJARAN :

1. Bukti kebenaran ajaran Islam.

Isra dan Mikraj adalah mukjjzat yang diberikan oleh Allah kepada rasulullah, untuk membuktikan bahwa semua yang disampaikan oleh RasulNya adalah suatu yang benar. Muhammad mengajarkan bahwa Tuhan itu allah, dan beliau telah berjumpa denganNya. Muhammad mengajarkan ada malaikat, dan beliau telah melihat mereka. Muhammad mengajarkan balasan surge, dan beliau telah melihatnya. Muhammad mengajarkan adanya siksa neraka, dan beliau telah melihatnya. Muhammad mengajarkan adanya tujuh langit, adanya Sidratul Muntaha, semua makhluk dan tanda-tanda kekuasaan Allah telah dilihat oleh nabi Muhammad pada malam isra dan mikraj. Berarti perjalanan isra mikraj adalah membuktikan kebenaran apa yang telah disampaikan.

2. Pengakuan kebesaran Tuhan

Dengan peristiwa israk dan mikraj membuktikan bahwa manusia dengan kekuasaan Alah dan kebesaran dan pertolonganNya dapat melakukan sesuatu yang tidak mungkin, sebab Allah Maha Kuasa, sebagaimana perjalanan nabi Muhammad saw dari Makkah ke bumi palestina, dan naik ke langit ke tujuh dan kembali lagi hanya dilakukan dalam masa yang sangat singkat. Ini membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah yang dapat diberikan kepada manusia yang beriman dan mengikuti sunatullah dalam hidup dan kehidupan.

3. Tugas manusia sebagai khalifah Allah.

Isra Mikraj adalah perjalanan di bumi dari masjidil haram ke Masjid al aqsha, ini menggambarkan tugas manusia sebagai khalifah untuk dapat menguasai dunia, dari tempat berdirinya yang suci ( masjidil haram ) sampai ke tempat yang terjauh di muka bumi ( masji al aqsha ). Al Aqsha maksudnya adalah yang terjauh. Al haram adalah yang suci. Pada waktu itu di bumi hanya ada dua masjid, masjidil haram dan masjdil aqsha, maka manusia harus dapat menjadikan semua bumi manjadi masjid, dari tempat yang terdekat sampai tempat yang terjauh dengan penuh kesucian dan kemuliaan.

4. Penguasaan sumber daya alam

Baitul maqdis adalah tempat bumi nabi-nabi diantaranya adalah nabi daud, nabi yang mempunyai kekuasaan dan mempunyai kepandaian dalam industry besi, dan juga nabi Sulaiman, nabi yang mempunyai kekayaan dan mempunyai kepandaian dalam komunikasi (bahasa ). Baitul maqdis adalah lambing kekuasaan dan kekayaan, sedangkan Masjidil haram adalah lambing kesucian. Dengan isra mikraj berarti seorang muslim harus dapat menguasai dunia dan seluruh permukaan bumi sehingga mempunyai kekuasaan dan kekayaan sebagaimana nabi daud dan nabi Sulaiman, tetapi semuanya itu dilakukan dengan penuh kesucian dan untuk menghambakan diri kepada Allah subhana wataala.

5. Kesucian diri dan kekuatan iman, dan ilmu.

Sebelum nabi Muhammad berangkat, maka hati beliau dibasuh dan diisi dngan iman, ini memberikan pelajaran kepada umat manusia agar sebelum melakukan perjalanan di muka bumi, sebelum berikhtiar untuk menguasai dunia, perlu pepbersihan hati dan pengisian hati dengan iman, dengan iman dan kesucian hati inilah manusia dapat berjalan menuju tuhan, menjadi khalifah Allah.

6. Memilih yang terbaik

Setelah disisi dengan iman, nabi diberi pilihan apakah minumarak atau susu, dan nabi memilih susu. Ini menggambarkan jika manusia telah diberi iman, dibersihkan hatinya, maka dia akan memilih sesuatu yang baik untuk keperluan hidupnya, baik makanan, minuman, pakaian, dan lain sebaginya. Tetapi jika tidak ada ilmu, dan tiada iman maka manusia akan memilih yang enak bukan yang fitrah (suci ), sebab dia akan memilih karena hawa nafsu, karena kesenangan bukan karena iman.

7. Penguasaan teknologi.

Setelah nabi pandai memilih, dan bersih hatinya, maka nabi naik kenderaan bouraq menuju ke Baitul maqdis. Bouraq adalah lambing teknologi, alat untuk menguasai dunia, menjadi khalifah Allah. Untuk berjalan yang jauh diperlukan kenderaan yang cepat seperti kilat, maka makna bouraq adalah kilat, dan untuk naik ke langit diperlukan tangga, maka nabi naik dengan mikraj (secara bahasa mikraj berarti tangga ). Penguasaan alam, penjelajahan bumi tidak mungkin tercapai tanpa dengan memakai alat sebab itu merupakan sunnatullah. Kejayaan di atas bumi dengan alat dan teknologi, dan kejayaan akhirat juga dengan amal ibadah, seperti shalat maka shalat adalah mikraj bagi seorang mukmin.

8. Memimpin dalam segala bidang.

Dalam isra mikraj nabi Muhammad diangkat sebagai imam shalat dengan seluruh nabi yang lain menjadi makmum. Ini menggambarkan seorang muslim sepatutnya dengan isra mikraj dapat menjadi pemimpin dalam segala bidang, pemimpin segala zaman, dan pemimpin dunia akhirat. Seorang muslim harus dapat membuktikan dirinya lebih baik dan lebih cemerlang dari yang lain. Setiap muslim sepatutnya menjadi imam baik dalam bidang spiritual, imam dalam ekonomi, imam dalam ilmu pengetahuan, imam dalam teknologi, imam dalam seluruh bidang kehidupan.

9. Menjalin Silaturahmi dan Komunikasi

Dalam Isra mikraj nabi Muhammad berjumpa dengan nabi-nabi yang lain seeprti nabi Adam, nabi Isa, Yahya, Idris, Yusuf, Harun, Musa, Ibrahim. Ini memberikan pelajaran kepada kita untuk tetap menjalin kemunikasid an silaturahmi dengan semua orang. Walaupun nabi Muhammad menjadi imam dan penghulu semua nabi, tetapi dia tetap menghargai nabi-nabi yang lain, dan tetap berkomunikasi dan bersilaturahmi dengan mereka semua.

10. Konsultasi dengan yang berpengalaman.

Nabi Muhammad setelah menerima perintah shalat berkonsultasi dengan nmabi Musa sebab nabi Musa lebih dahulu berpengalaman dengan umatnya, dan nabi Muhammad menerima arahan dan nasehat dari nabi Musa. Beliau tidak berkomunikasid engan nabi Ibrahim yang berada di langit ke tujuh atetapi dengan nabi Musa sebab nabi Musa lebih banyak beropengalaman dengan masyarakat yang lebih degil seperti bani Israel.

11. Kebahagian bagi mereka yang berbuat baik

Dalam isra mikraj nabi diperlihatkan kepada ganjaran orang yang berbuat dalam jihad di jalan allah akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda baik di dunia dengan mendapat hasil tanaman berulang kali ataupun mendapat kebahagian di akhirat dengan kehidupan di dalam surga.

12. Kesengsaraan bagi mereka yang berbuat keji.

Dalam isra mikraj juga digambarkan bahwa setiap orang yang melakukan kesalahan akan mendapatkan siksaan atas perbuatan yang dilakukannya, baik perbuatan yang berkaitan dengan ritual ibadah, seperti meninggalkan shalat, tidak berzakat, berzina, maupun dalam kejahatan dalam bidang sosial, seeprti memfitnah, mencaci, menghina, sombong dan lain sebagainya.

13. Tidak terpengaruh dengan godaan.

Dalam peristiwa isra mikraj juga dapat diambil pelajaran bahwa orang yang Berjaya di dunia dan diakhirat adalah mereka yang dapat mudah terpengaruh dengan godaan keimanan dan godaan nafsu keduniaan, sebagaimana digambarkan bagaimana nabi Muhammad tidak terpengaruh oleh seruan dari kiri dan kanan, dan perempuan yang cantik; tetapi nabi terus berjalan menuju tujuan.

14. Menjadikan shalat sebagai inti kehidupan.

Dalam isra mikraj nabi diwajibkan shalat dalam sehari semalam, sehingga segala kesibukan dunia, harus dapat ditujukan untuk penyembahan dan ibadah kepada Allah, sebabg itu shalat diwajibkandari pagi sampai malam dalam waktu yang berlainan, sehingga setiap saat manusia harus tetap berhubungan, berkonsultasi, memnita perlindungan, petunjuk daripada Allah. Kesibukan kerja, kehidupan dunia, tidak boleh melupoakan kewajiban kepada Allah, dan seluruh kekuasaan, kekayaan, harus dapat dapat menjadui ibadah kepada Allah, sebagaimana dicontohkan oleh nabi Daud, walaupundia menguasai dunia dengan teknologi besi, tetapi beliau meninggal dalam keadaan sujud kepada Allah subhana wataala. Dengan shalat , maka manusia akan mencapai derajat tertinggi, sebagaimana disebutkan oleh hadis nabi “ shalat itu adalah mikraj bagi seorang mukmin “. Wallahu a’lam. ( Muhammad arifin ismail ).

NASEHAT NABI KEPADA FATIMAH

NASEHAT NABI KEPADA FATHIMAH

“ Dan dijadikan kamu lelaki dan perempuan, dan sesungguhnya pekerjaan kamu itu sangat banyak “( Terjemahan al Quran , Surah . Al-lail : 3-4)

 

Suatu hari Rasulullah SAW menemui putrimya Fathimah yang sedang menggiling gandum dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah SAW bertanya pada anakandanya, “apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis”. Fathimah  menjawab: ” Wahai ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumahtanggalah yang menyebabkan anakanda menangis”. Lalu duduklah Rasulullah SAW di sisi anakandanya. Fathimah  melanjutkan perkataannya, “ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta Ali (suaminya) mencarikan anakanda seorang jariah (hamba sahaya perempuan) untuk menolong anakanda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah”.

Mendengar perkataan anakandanya ini maka bangunlah Rasulullah SAW mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan dimasukkannya di dalam penggilingan itu seraya membaca ” Bismillaahirrahmaanirrahiim”.

Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah SWT. Rasulullah SAW meletakkan gandum ke dalam penggilingan itu  dengan tangannya, maka  penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir gandum itu digilingnya. Rasulullah SAW berkata kepada gilingan tersebut, “berhentilah berputar dengan izin Allah SWT”, maka penggilingan itu berhenti berputar lalu penggilingan itu berkata-kata  dalam bahasa Arab yang fasih, “ya Rasulullah SAW, demi Allah Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya, kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling gandum dari Timur dan Barat, niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT suatu ayat yang bermaksud: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan”. Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, “bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-zahra di dalam sorga”. Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia.

Rasulullah SAW bersabda kepada putrinya, “jika Allah SWT menghendaki wahai Fathimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat. Ya Fathimah, perempuan mana yang menggiling tepung untuk suami dan anak-anaknya, maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu darjat. Ya Fathimah perempuan mana yang berkeringat ketika ia menggiling gandum untuk suaminya, maka Allah SWT menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh buah parit.

Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak rambut anak-anaknya dan menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka, maka Allah SWT akan mencatatkan baginya ganjaran pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang bertelanjang. Ya Fathimah, perempuan mana yang menghalangi hajat tetangganya maka Allah SWT akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautshar pada hari kiamat. Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semuanya adalah keredhaan suami terhadap isterinya. Jikalau suamimu tidak redha denganmu tidaklah akan aku do’akan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah bahwa redha suami itu daripada Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT?. Ya Fathimah, apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya dan Allah SWT akan mencatatkan baginya tiap-tiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan seribu kejahatan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan maka Allah SWT mencatatkan untuknya pahala orang-orang yang berjihad pada jalan Allah yakni berperang sabil.

Apabila ia melahirkan anak maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari ibunya melahirkannya dan apabila ia meninggal tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga, dan Allah SWT akan mengkaruniakannya pahala seribu haji dan seribu umrah serta beristighfarlah untuknya seribu malaikat hingga hari kiamat. Perempuan mana yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya semua dan Allah SWT akan memakaikannya sepersalinan pakaian yang hijau dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut yang ada pada tubuhnya seribu kebaikan dan dikaruniakan Allah untuknya seribu pahala haji dan umrah. Ya Fathimah, perempuan mana yang tersenyum dihadapan suaminya maka Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat.

Ya Fathimah perempuan mana yang menghamparkan hamparan atau tempat untuk berbaring atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati maka berserulah untuknya penyeru dari langit (malaikat), “teruskanlah ‘amalmu maka Allah SWT telah mengampunimu akan sesuatu yang telah lalu dari dosamu dan sesuatu yang akan datang”. Ya Fathimah, perempuan mana yang meminyak-kan rambut suaminya dan janggutnya dan memotongkan kumisnya serta menggunting kukunya maka Allah SWT akan memberinya minuman dari sungai-sungai sorga dan Allah SWT akan meringankan sakarotulmaut-nya, dan akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman sorga serta Allah SWT akan menyelamatkannya dari api neraka dan selamatlah ia melintas di atas titian Shirat”.

 

Oleh sebab itu, dalam pandangan Islam, jerih payah seorang perempuan merupakan jihad fi sabililah, sebagaimana didiriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Ath-Thabrani, pada suatu hari seorang wanita bernama Zainab yang bergelar Khatibatin-nisa’ (wanita yang pintar berpidato) datang menemui Rasulullah SAW lalu berkata: “Aku telah diutus oleh kaum wanita kepada engkau. Jihad yang diwajibkan oleh Allah ke atas kaum lelaki itu, jika mereka luka parah, mereka mendapat pahala. Dan jika mereka gugur pula, mereka hidup disisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki. Manakala kami kaum wanita, sering membantu mereka. Maka apakah pula balasan kami untuk semua itu?” Bersabda Rasulullah SAW: “Sampaikanlah kepada sesiapa yang engkau temui daripada kaum wanita, bahawasanya taat kepada suami serta mengakui haknya adalah menyamai pahala orang yang berjihad pada jalan Allah, tetapi adalah sangat sedikit sekali daripada golongan kamu yang dapat melakukan demikian.” Dalam hadis yang lain Rasulullah saw bersabda : “ Jerih payah seorang istri di dalam mengurus rumah sama dengan jerih payah seorang suami di medan jihad “ ( Hadis riwayat Bukhari Muslim ).

Semoga nasehat rasul kepada Fathimah dapat memberikan motivasi kepada kaum wanita dalam mengurus rumah tangga, sebab itu lebih utama daripada yang lain, apalagi dengan alasan emansipasi wanita di hari kartini. Fa’tabiru Ya ulil albab.

 

ALHIKAM 29

ALHIKAM 29 : GODAAN DALAM BERDOA
طلبك منه اتـهام له و طاـبك له غـيبة عـنه مـنك و طلبك لغيره لقـلة حيـائك مـنه و طلبك من غيره لـوجـود بـعـدك عـنـه
“Thalabuka minhu ittihamun lahu, wa thalabuka lahu ghaibatun ‘anhu minka, wa thalabuka lighairihi li qillati hayaika minhu, wa thalabuka min ghairihi li wujudi bu’dika ‘anhu “
“ Permintaanmu daripada Allah, dapat menjadi kurang percaya kepadaNya, sehingga menuduh Allah dengan tuduhan tertentu. Permintaanmu kepadaNyajuga jangan sampai membuat engkau tidak melihat keberadaanNya, Permintaan kepada selainNya berarti sedikitnya malu anda terhadapNya, dan Permintaanmu daripada selainNya adalah karena jauhnya anda daripadaNya “.
Konsep berdoa bagi seorang muslim.
Seorang hamba harius meyakini bahwasanya Allah subhana wa taala itu Maha Mengetahui segala keadaan hambaNya, sebagaimana dinyakatakan dalam alQuran : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadaNya daripada urat nadi lehernya sendiri “ ( QS. Qaaf : 16 ). Dalam ayat lain disebutkan : “ Dan Kami lebih dekat kepada orang itu daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat “ ( QS. Waqiah : 85 ), Dari ayat ini kita yakin bahwa Allah mengetahui segala keadaan seorang hamba, apakah hamba itu dalam kesulitan, dalam kesusahan, dan lain sebagainya. Tetapi keyakinan bahwa Allah mengetahui segala hambanya, segala kesusahannya tersebut harus diikuti dengan kesungguhna dalam mberdoa kepadaNya, sebab Allah juga memerintahkan hambaNya untuk berdoa : “ Mintalah kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkan permintaanmu “ ( QS. Ghafir/60 : 40 ). “ Dan Allah memiliki nama-nama yang baik, maka memintalah dengan menyebut nama-nama yang baik tersebut “ ( QS. Araf/7 : 180 ). “ Dan apabila hambaKu meminta kepadaKu maka sesungguhnya Aku sangat dekat kepadanya dan Aku akan menjawab permintaannya “ ( QS.AlBaqarah : 186 ).Dalam hadis juga disebutkan “ Doa itu adalah ibadah “ ( Hadis sahih riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi dan Hakim ), ,alaham dalam hadis yang lain disebutkan “ Doa itu adalah inti daripada ibadah “ ( riwayat Tirmidzi ). “Mintalah kepada Allah untuk mendapatkan kemuliaanNya, maka sesungguhnya Allah itu sangat suka untuk diminta “ ( riwayat Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud ).
Godaan muslim dalam berdoa :
1.Permintaan dan doa seorang hamba kepada Allah jangan sampai menjadikan seseorang itu kurang percaya kepada Allah sehingga menuduh Allah dengan tuduhan yang tidak baik.
Doa dan permintaan seorang hamba merupakan ibadah dan tanda penghambaan diri kepada Allah tersebut jangan sampai membuat hati kita kurang percaya kepadaNya, sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Athaillah dengan kalimat “ Permintaanmu daripada Allah, dapat menjadi kurang percaya kepadaNya “. Oleh sebab itu dalam al Quran disebutkan : “ Berdoalah kepada Tuhan kamu dengan penuh rasa rendah diri dan takut sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang melampau “ ( QS.AlA’raf : 55 ). Dalam ayat ini dihubungkan antara meminta dan berdoa dengan jangan melampau. Artinya sewaktu engkau meminta kepada Allah jangan ada perasaan melampau seperti perasaan tidak percaya kepadaNya akibat doa yang telah dipanjatkan berkali-kali, dan lain sebagainya.
2. Permintaan kepada Allah juga jangan sampai membuat seseorang tidak melihat Allah (lupa kepada Allah sebagai tujuan hidup, disebabkan sibuk dengan sesuatu yang diminta ).
Jika seseorang meminta kepada Allah, dan permintaan itu telah dilakukan berkali-kali, sehingga dia lupa bahwa sebenarnya Allah telah menjawab permintaan tersebut dengan sesuatu yang tidak diketahuinya maka artinya seseorang itu telah melupakan Allah dalam permintaannya sebab perhatiannya hanya sibuk untuk mendapatkan apa yang diminta. Padahal bagi seorang muslim harus meyakini bahwa Tuhan Maha Mengetahui, dan Dia Maha Menjawab segala permintaan hambaNya, sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat-ayat al Quran diatas. Jika permintaan itu –menurut si peminta-belum terjawab, maka sesunguhnya Allah telah memberikan jawaban atas doanya dengan cara yang lain sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis : “ Apabila seorang hamba berdoa maka Allah pasti menjawabnya dengan salah satu cara : Dosa yang diampunkan, kebaikan yang disegerakan kepadanya, atau kebaikan yang disimpan kepadanya “ ( riwayat Dailami ) Malahan dalam riwayat lain disebutkan : “ Akan disegerakan permintaannya, atau disimpan untuk akhiratnya, atau dihindarkan daripada bencana “ (riwayat Bukhari, Muslim dan Ahmad ).
3. Permintaan kepada selain Nya itu tanda sedikitnya malu engkau kepadaNya.
Sewaktu kita berdoa, walaupun kita memohon sesuatu kepadaNya, tetapi jangan sampai sesuatu yang kita minta itu menjadi tujuan hidup kita, sebab tujuan hidup seorang mukmin hanya mencari keridhaan Allah. Sebagai contoh seseorang yang berdoa ingin mendapatkan kekayaan hidup di dunia, maka seseorang itu jangan menyangka bahwa kekayaan itulah satu-satunya tujuan hidupnya dan tujuan akhir bagi kehidupannya. Tujuan akhir hidup seorang muslim adalah Allah, sedangkan kekayaan yang diminta tadi hanya merupakan jalan menuju Allah, untuk mendekatkan diri kepadaNya. Jika kita menjadikan tujuan hiduo itu apa yang kita minta, itu berarti kita tidak malu dengan Allah sebab kita meminta kekayaan kepadaNya, tetapi sewaktu kita mendapatkan kekayaan , kita lupa kepadaNya, seakan-akan kita lupa bahwa kekayaan yang kita minta itu bukan daripadaNya, karena kita menyangka kekayaan itu adalah hasil kerja kita sendiri. Jika demikian, maka orang yang meminta itu tidak malu dengan Allah.
4. Permintaanmu kepada selainNya disebabkan karena engkau telah jauh daripadaNya.
Jika seseorang meminta kekayaan kepada Allah, dan Dia mengabulkan kekayaan tersebut kepada hamba yang meminta, tetapi sebab si peminta tadi merasa bahwa tujuan hidupnya adalah memiliki kekayaan bukan memakai kekayaan itu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka sebenarnya hamba yang meknta tadi dengan kekayaan tersebut telah bertambah jauh daripada Tuhan. Padahal sewaktu dia meminta dan berdoa kepada Tuhan untuk mendpatkan kekayan, maka maksud hati agar dengan kekayaan itu nanti dia bertambah dekat kepada uhan, tetapi disebabkan kekayaan itu telah diterimanya, maka dia lupa dengan tujuan pertama, yaitu memakai harta kekayaan untuk mendekatkan diri kepadaNya. Perubahan itu terjadi disebabkan kekayaan yang seharusnya menjadi alat dan media untuk mendekatkan diri kepadaNya berubah menjadi tujuan hidupnya. Akibat perubahan tujuan hidup itulah akhirnya nikmat kekayaan itu menjadi alat untuk menjauhkankan dirinya daripada Tuhan sehingga akhirnya kekayaan yang sepatutnya menjadi modal untuk akhirat berubah menjadi penyebab dirinya mendapat siksa di akhirat. Inilah yang disebut dengan “istidraj” ( QS.Araf/7:182;QS.Qalam/68:44). Istidraj yaitu pemberian daripada Allah yang mengakibatkan seseorang itu bertambah jauh daripada Allah. Hal ini terjadi sebab sewaktu seorang hamba meminta sesuatu kepada Allah dia sadar bahwa Allah sebagai Tuhan Yang Menentukan segala sesuatu, tetapi sewaktu dia mendapatkan apa yang diminta, dia lupa bahwa sesuatu yang diminta itu merupakan ujian kepada dirinya apakah dengan mendapatkan sesuatu tersebut dia dapat menjalankan perintahNya, dapat lebih dekat kepadaNya atau disebabkan kesibukan dengan apa yang didapat tersebut membuat dia jauh daripadaNya. Jika dia tetap taat kepada Allah dan dapat menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah dengan mendapatkan kekayaan atau sesuatu yang dimintanya tersebut, maka dia lulus ujian atas nikmat yang diterima, tetapi jika dia melupakan Tuhan, lalai dengan perintahNya dikarenakan sibik dengan apa yang didapat, maka dia telah gagal dalam ujian tersebut, sehingga nikmat te=adi berubah menjadi “istidraj” kepadanya. Itulah sebabnya Ibnu Athaillah berkata : Jika permintaanmu itu daripada selain Allah ( engkau disibukkan kepada selain Allah ) maka sesungguhnya engkau telah dijauhkan (dengan apa yang engkau minta itu ) daripada Allah. Wallahu A’lam ( Muhammad Arifin Ismail / Pengajian Ummahatul Muslimah / Kuala Lumpur, Jumat 10/6/20011)

ALHIKAM 28

ALHIKAM 28 : TERUS BERAMAL DAN WASPADA DENGAN UJIAN
ما أردث هـمة سالك ان تقـف عند ما كشف لها و نادته هواتف الحقيقة : الذى تطلب أماماك
ولا تبـرجت ظواهر المكونات الا ونادته حقـائقـها : انمـا نحن فتـنة فلا تكـفر
“ Tiada berkehendak semangat seorang soleh (yang bejalan menuju kepada Allah ) untuk berhenti ketika terbuka baginya sebahagian yang ghaib, melainkan segera diperingatkan oleh suara hakikat : “ Bukan itu tujuan, dan teruslah berjalan ke depan “. Demikian pula tiada kelihatan baginya keindahan alam, melainkan diperingatkan oleh hakikat : “ Bahwa kami (keindahan alam ) ini semata-mata sebagai ujian, maka janganlah tertipu hingga menjadi kafir “.
Ibnu Athaillah dalam kalimat pertama “ Tiada berkehendak semangat orang yang sedang berjalan menuju Allah untuk berhenti, walaupun telah terbuka baginya sesuatu yang ghaib ( sesuatu yang dicarinya ) “ menjelaskan bahwa seorang yang beramal, tidak akan pernah berhenti daripada terus beramal sebab yang dituju oleh seseorang itu bukanlah hasil daripada perbuatan dan amal tersebut. Seorang yang bekerja karena Allah dan tujuan hanya mencari keredhaan Allah, tidak akan pernah berhenti daripada bekerja dan beramal, walaupun dia telah mendapatkan hasil dari perbuatannya tersbeut, malahan dia akan mencari jalan lain, pekerjaan lain yang dapat mencapai keredhaan Allah, sebab tujuan amalnya bukanlah mendapatkan sesuatu, tetapi tujuan alamnya adalahg mencari keredhaan Allah.
Abu Hasan Tustary berkata : “ Di dalam jalan menuju kepada Allah janganlah menoleh kepada yang lain, dan pergunakan selalu berzikir ( mengingat ) kepada (petunjuk, syariat, perintah dan larangan ) Allah, sebab itu sebagai benteng pertahananmu. Sebab segala sesuatu selain Allah, akan menghambat perjalananmu kepadaNya.
Bagi seorang muslim, bekerja, beramal merupakan kewajiban menjalankan perintah Allah : “ Dan tidaklah manusia dan jin itu diciptakan kecuali hanya untuk menyembah kepadaKu “ ( QS. ). Perbuatan tersebut bukan tujuan tetapi hanya jalan, wasilah (media) untuk menuju Tuhan.”Hai orang yang beriman, taqwalah kamu kepada Allah dan carilah jalan (wasilah) untuk menuju kepadaNya “( QS.alMaidah:35). “ Mereka (hamba Allah) adalah orang yang berdoa dan mencari jalan (wasilah) untuk sampai kepadaNya “(QS.AlIsra: 57). Itulah sebabnya dalam setiap amal perbuatan itu disyaratkan niat “saya hanya lakukan perkara ini karena lillahi taala “. Kalimat “Lillahi Taala” berarti : saya lakukan perbuatan ini karena perintah Allah, dan saya lakukan dengan tujuan mencari keredhaan Allah dan melakukannya dengan cara yang telah diatur oleh syariat Allah dan dicontohkan oleh rasulNya “.
Jika seorang yang beramal ibadah telah mendapatkan kemuliaan seperti terbukanya sesuatu yang ghaib, atau seperti seorang yang berdoa dan apa yang dihajatkan telah didapat, atau seseorang yang berzikir dan dia merasa tenang dengan zikirnya, atau seorang yang bekerja mencari rezki, dan dia mendapatkan kekayaan yang banyak, atau orang belajar mencari ilmu dan telah mendapat gelar, maka mereka itu tidak boleh berhenti dari melakukan perbuatan tersebut sebab tujuan mereka adalah Allah, sebab itu ingatlah apapun yang sudah anda dapatkan, itu hanya jalan menuju Allah, sedang Allah yang anda cari tetap ada di hadapan anda, maka janganlah berhenti untuk bekerja , beramal dan beribadah kepadaNya.
Sikap seorang muslim setelah mendapatkan apa yang dicarinya melalui media amal perbuatan tersebut, maka dia tidak boleh lalai dan lupa bahwa sesuatui yang telah diraih dan dicapainya itu merupakan ujian bagi dirinya, apakah dengan nikmat tersebut dia dapat terus beramal, dan menjadi modal untuk lebih meningkatkan dirinya untuk menuju Tuhan atau dengan nikmat tersbeut dia lupa kepada Tuhan, sibuk dengan nikmat yang diterimanya, sehingga tidak mustahil dengan nikmat tersebut akan membuat dirinya bertambah jauh dengan Tuhan, malahan dapat terjadi, nikmat tersebut yang seharusnya menjadi modal peningkatan amal, menjadi sebab atas kekufuran dan kemaksiatan kepada Tuhan. Itulah sebabnya Ibnu Athaillah mengatakan pada penggal yang kedua : “ (Bagi seorang yang saleh), jika terbuka baginya segala alam raya ini, maka dia harus bersikap waspada bahwa alam raya, segala kenikmatan itu hanyalah ujian dari Tuhan, ( apakah dengan nikmat tersebut anda dapat bersyukur atau malahan dengan nikmat tersbeut anda menjadi kufur, dengan melakukan maksiat atau perbuatan yang bertentangan dengan perintah Tuhan). Oleh sebab itu janganlah anda menjadi kufur disebabkan nikmat (kekayaan, ilmu, kekuasaan, kesehatan, dan nikmat apa saja )”.
Kufur disini bukanlah kafir dalam arti tidak beriman kepada Allah, tetapi kufur nikmat, tidak memakai nikmat sesuai dengan diperintahkan oleh Allah sebagaimana dinyatakan dalam ayat : “ Jika kamu bersyukur kepadaKu maka Aku akan menambah nikmat tersebut kepadamu tetapi jika kamu “kufur” maka ingatlah bahwa siksaanKu sangat pedih “ ( QS.Ibrahim/14:7). Kenikmatan dunia dapat menjadikan orang bersikap kafir, demikian juga kemiskinan dunia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi kafir. Baik kafir dengan melakukan perbuatan tercela seperti mencuri, membunuh atau menjadikan seseorang itu berpindah agama sebab keinginan mencari kenikmatan yang ditawarkan oleh agama lain. Hal ini juga dinyatakan dalam sebuah hadis: “ Kadang kala kemiskinan itu dapat membuat seseorang menjadi kafir “.
Dalam ibadah juga kenikmatan ibadah dapat membuat orang lupa dengan perintah Allah, padahal kenikmatan ibadah itu merupakan ujian atas dirinya. Seorang yang sibuk berzikir, melakukan shalat, dengan banyaknya zikir dan shalat akan timbul perasaan dalam dirinya bahwa “aku ini lebih tinggi kedudukanku di sisi Allah “, malahan kadang-kadang timbul bisikan “ Engkau sudah dekat kepada Allah maka tidak usah shalat lagi “ atau ada lagi bisikan “ karena engkau sudah banyak ibadah, maka engkau menjadi wali Allah, maka jika engkau sudah menjadi wali Allah, maka segala yang dilarang akan menjadi halal “. Inilah nenerapa bisikan yang dapat membuat seseorang “kufur” yang disebabkan oleh banyaknya berzikir dan beribadah yang dilakukan tanpa berlandaskan kepada ilmu tauhid dan syariat yang benar. Berarti amal ibadah yang banyak tersebut yang seharusnya membuat dia tambah delkat kepada Allah juga merupakan ujian dari Allah, malahan akibat beribadah dengan perasaan riya, sombong, takabur seperti itu dapat menjadikan seseorang itu terjerumus dalam pandangan yang sesat, malahan kadang kala dapat menjadikan dirinya kafir kepada Tuhan yang disembahnya.
Oleh sebab itu sewaktu Nabi Sulaiman mendapatkan kenikmatan maka dia berkata : “ Ini adalah kemuliaan dari Tuhanku untuk menguji apakah diriku dapat bersyukur (dengan nikmat ini), atau aku malahan menjadi kufur “( QS.AnNaml/27 :40 ) dan kemudian dia berdoa : “ Ya Tuhan kami, berilah anugerah kepada untuk dapat bersyukur atas nikmat yang telah Engkau berikan kepadaku dan juga atas nikmat yang telah Engkau berikan kepada kedua orangtuaku dengan ( cara mempergunakan nikmat tersebut untuk ) melakukan amal saleh yang Engkau redhai “ ( QS. AnNaml/27 :19 ).Walaahu a’lam. (Jumat, 20/5/2011, Pengajian UM, Kuala lumpur / arifin_ismail@yaho.com)

ALHIKAM 27

TETAP PADA APA YANG TELAH DITENTUKAN ALLAH
________________________________________

ALHIKAM 27 : JANGAN MEMINTA KEPADA ALLAH S.W.T. SUPAYA DIPINDAHKAN DARI SATU HAL KEPADA HAL YANG LAIN, SEBAB JIKA ALLAH MENGKEHENDAKINYA MAKA DIA DAPAT MEMBERIKAN APA YANG KAMU INGINKAN TANPA MENGELUARKAN KAMU DARI KEADAAN SEMULA.

Maksud dari kalimat diatas adalah jika seseorang kamu telah ditetapkan Allah swt dengan ketentuanNya sebagai seorang pedagang, pegawai, petani, dan lain sebagainya pada suatu waktu tertentu, maka janganlah engkau mengharapkan pada waktu itu untuk menjadi seorang yang lain daripada itu, agar kamu dapat memusatkan perhatian pada pekerjaan yang telah Allah tetapkan dan tentukan kepadamu pada waktu itu. Tetapi laksanakanlah pekerjaan tersebut dengan keyakinan bahwa ketentuan Allah meletakkan kamu pada pekerjaan dan situasi tertentu tersebut merupakan ujian dari Allah untuk melihat bagaimana kamu melakukan pekerjaan tersebut dengan sunguh-sungguh, sebab pekerjaan itu merupakan nikmat yang telah Allah tentukan pada waktu itu, dan lakukanlah pekerjaan tersebut dengan penuh istiqamah, sehingga pekerjaan tersebut merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepadaNya.Kita dianjurkan demikian sebab ada tiga perkara yang harus kita perhatikan dalam persoalan tersebut :

1. Hendaklah kita bertawakkal kepada ketentuan Allah yang telah menentukan kita dalam keadaan dan posisi tertentu tersebut. Dengan demikian, hati kita akan tenang dan pikiran kita tidak terpengaruh ingin mencapai sesuatu yang belum Allah tentukan. Kita tawakkal dan yakin bahwa pekerjaan tersebut merupakan amanah Allah yang diberikan kepada kita dan kita yakin bahwa ada hikmah dan pelajaran yang terbak di balik pekerjaan tersebut, sama ada hikmah itu kita ketahui atau tidak kita ketahui. Kita meyakini bahwa apa saja yang ditentukan Allah adalah sesuatu yang terbaik untuk kita walaupun hal itu kita tidak menyukainya. Dalam AlQuran dinyatakan bahwa “ Kadang-kadang sesuatu yang tidak kamu suka itu lebih baik buat kamu dan kadang-kadang apa yang kamu suka itu tidak baik untuk kamu, sebab Allah yang lebih mengetahuin sedangkan kamu tidak menengetahui “ ( QS.Albaqarah : 216) “ Kadang-kadang pada sesuatu yang kamu benci itu terdapat kebaikan yang banyak “ ( QS.AnNisa : 19 ). Sebab segala sesuatu yang dijadikan dan ditentukan Allah ada maksud, bukan main-main tanpa maksud dan tujuan yang baik ( QS.Alanbiya/21 : 16 , QS.Dukhan/44 : 38).

2. Sebab kita yakin bahwa pekerjaan tersebut merupakan amanah dan karunia Allah yang ditentukan kepada kita dan itu juga merupakan ujian ( QS.AlAnbiya/21 : 35 ) apakah kita dapat menjalankan amanah pekerjaan dengan baik atau tidak, maka kita harus melaksanakan tugas dan kewajiban yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut dengan sebaik-baiknya ( QS. AlKahfi : 7 ; QS.AlMulk: 2 ). Hal yang paling utama adalah bagaimana kita dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan niat ibadah kepada Allah, dengan berpedoman kepada ketentuanNya sehingga dengan pekerjaan tersebut kita mendapat keridhaan Allah.

3. Oleh sebab itu kita harus istiqamah, tetap bekerja dengan penuh kesungguhan pada amanah pekerjaan tersebut dan jangan terpengaruh oleh bisikan-bisikan suara hati yang mengatakan “ kalau lah saya dapat pekerjaan yang lain “, sehingga hati kita menginginkan pekerjaan yang lain, dan berakibat kurangnya perhatian dan kesungguhan dalam melaksanakan amanah pekerjaan yang telah ditentukan Allah kepada kita. Bisikan, godaan dan pemikiran mencari pekerjaan yang lain itu akan mengakibatkan kita tidak istimaha, tidak bersungguh-sungguh, sehingga kita telah mengkhianati amanah pekerjaan yang telah Allah tentukan, padahal pekerjaan itu merupakan ujian Allah kepada kita.

4. Jika seandainya Allah menginginkan agar kita berpindah dari pekerjaan tersebut, sangat mudah sebab Dia Maha Kuasa, dan Dia menentukan segala sesuatu, tetapi Dia mementukan kita untuk berada dalam posisi pekerjaaan kita untuk melihat apakah kita mampu menjalankan pekerjaan seperti itu dengan sunguh-sungguh dan amanah. Diberikan pekerjaan itu kepada kita hanya untuk memberikan ujian dan penilaian atas kehidupan kita apakah kita lulus menjadi hambaNya atau tidak.

5. Istiqamah dan kesungguhan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang telah ditentukan Allah kepada kita bukan berarti kita tidak boleh berusaha, dan mencari pekerjaan yang lain, sebab Allah tidak merubah keadaan suatu kaum selama kaum itu tidak berusaha untuk merubah dirinya sendiri ( QS.AlAnfal/8:53 ; QS.Ra’d/13 : 11 ) tetapi keinginan perubahan tersebut bukan karena tidak percaya atau kurang yakin dengan ketentuan Allah tetapi mencari sebab untuk lebih meningkatkan ibadah kepadaNya. Maksudnya keinginan perubahan adalah untuk meningkatkan amal saleh dan amal ibadah bukan dikarenakan kurang yakin dengan ketentuan Allah.

6. Kita yakin bahwa jika kita bertawakkal kepada ketentuan Allah, dan kita menjalani apa yang ditentukan dengan ikhlas, amanah dan penuh kesungguhan, maka Allah akan memudahkan dan memberikan kepada kita apa yang kita inginkan, tanpa kita terlepas dari perbuatan tersebut, sebab pemberian Allah atas apa yang kita inginkan merupakan hasil dari keikhlasan, dan kesungguhan kita.” Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Dia akan memberikan kepadamu jalan keluar dari persoalan hidup yang kamu hadapi dan memberikan kepadamu rezki yang kamu tidak sangka-sangka “ ( QS.Thalaq/65 : 3 ) “ Jika penduduk suatu negeri itu beriman dan bertaqwa maka akan Kami bukakan kepada mereka pintu keberkatan dari langit dan bumi “ ( QS. AlA’raf /7 : 96 ).

7. Jika apa yang kita kerjakan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka kita wajib keluar dari pekerjaan tersebut, dengan memina kepadaNya agar kita ditempatkan pada posisi yang baik sesuai dengan ajaranNya. Sebab itu seorang sufi mengatakan : “Jika engkau berada dalam pekerjaan yang bertentangan dengan syariat agama, maka potonglah dengan pedang kemauan yang kuat seluruh dinding yang menghambatnya “. Wallahu A’lam. ( Muhammad Arifin Ismail, Pengajian UM, Jum’at, 13Mei 2011)